Bismillahirrahmanirrahim. Allahumma Shalli `ala Muhammad
“
Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun
kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka. Akan tetapi, Allah telah mempersatukan hati mereka.”
(Q.S. Al-Anfal: 63)
Jika hati-hati setiap kita sudah terhimpun pada Yang Satu, Yang Esa, Allah
SWT., maka yang terlintas dalam pikiran setiap saat adalah bagaimana kita bisa
selalu memberi bentuk penyembahan terbaik untuk-Nya, Allah SWT.
Dalam setiap perjuangan, apapun itu, pasti membutuhkan suatu media atau
wadah yang dapat menjadi sarana yang bisa menyalurkan potensi dengan
optimalisasi daya dan upaya yang terarah dan teratur. Misal, perjuangan kita
untuk membuktikan seberapa cerdasnya kita dalam bidang pendidikan bisa
disalurkan dan dibuktikan dengan adanya lembaga pendidikan formal yaitu sekolah
dengan berbagai tingkatannya. Lain hal, perjuangan kita untuk bisa membuktikan
seberapa tangguh kemampuan kepemimipinan, politik, dsb, salah satunya bisa
disalurkan dengan adanya parpol-parpol bergengsi di negeri ini. Lalu, jika kita
bicara mengenai perjuangan dakwah islamiyah, adakah medianya?
FSI Al-Biruni merupakan Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) yang dimiliki Fakultas
Teknik Universitas Negeri Jakarta. Disinilah, para pemuda islam, pejuang
kebenaran, mahasiswa muslim/ah FT UNJ yang hati-hatinya selalu berusaha untuk
terus berhimpun kepada Allah SWT., akan merasa memiliki ‘rumah kedua’ yang bisa
dijadikan wadah untuk menyalurkan dakwah islamiyah. Ketika kita berbicara
mengenai rumah, maka di dalamnya kita akan senantiasa menemukan kenyamanan,
ketentraman, dan ketenangan jiwa, dan FSI Al-Biruni memiliki kriteria tersebut.
FSI Al-Biruni adalah salah satu tempat atau wadah bagi mereka yang hatinya
(insyaAllah) berusaha selalu untuk bisa bermuara pada Yang Maha Pengasih, Maha
Penyayang. FSI Al-Biruni adalah sebuah media, yang dengan segala kesederhanaan
tempat, kesederhanaan jajaran pengurus, kesederhanaan program-program kerja,
mampu menampilkan ‘kemewahan’ pelayanan umat yang sangat mencerminkan Islam
seutuhnya.
Persaudaraan,
perpolitikan, bahkan
cinta, akan mudah sekali ditemukan di tempat itu. 3 kata
tersebut, sangat berjauhan maknanya, tapi akan terasa dekat bahasannya jikat
berada di lingkaran FSI Al-Biruni.
Dengan Persaudaraan, Semua Berawal..
Persaudaraan, atau yang lebih kita kenal sebagai ukhuwah islamiyah, adalah
salah satu indikator terbesar yang menjadikan FSI Al-Biruni benar-benar menjadi
‘forum islam’ seutuhnya. Ketika kita membangun sebuah rumah mewah tingkat 5,
akankah bertahan lama rumah tersebut jika tak ada semen sebagai perekat antara
satu bata dengan yang lainnya ? Tidak. Ketika sobekan rupiah seratus ribu
hendak dibelanjakan di supermarket, akankan si kasir menerima uang tersebut?
Tidak, melainkan harus disatukan terlebih dahulu dengan sobekan lainnya
menggunakan sebuah perekat. Lalu, ketika kita berlari dalam keadaan sepatu
kanan belum diikat talinya, apakah akan terasa nyaman? Lagi-lagi, tidak kawan.
Nah, disinilah analogi makna persaudaraan terbentuk. Persaudaraan tak jauh dari
sebuah perekat yang jika tidak diperhatikan dengan saksama, maka tak akan ada
artinya rumah setinggi apapun, uang setinggi apapun nilainya.
Coba bayangkan, siapa yang tak ingin memiliki rumah bertingkat. Hampir
setiap kita mendambakannya. Namun, jika rumah tersebut tidak dibangun dengan
pondasi yang kuat, akankah kita tetap mendambakannya?.
FSI Al-Biruni adalah rumah bertingkat yang memiliki persaudaraan (ukhuwah
islamiyah) sebagai pondasi pengokohnya. Di dalamnya terhimpun umat-umat Rasul
yang menjadikan satu sama lain sebagai saudara seiman. Karena, ya, firman Allah
SWT. sangat jelas mengatakan bahwa sungguh tiap mukmin adalah bersaudara.
“Persaudaraan adalah mukjizat, wadah yang saling berikatan. Dengannya
Allah persatukan hati-hati berserakan. Saling bersaudara, saling merendah lagi
memahami, saling mencintai, dan saling berlembut hati.” –Sayyid
Qutb-
Semakin tinggi sebuah bangunan, maka angin yang menerpa akan semakin besar.
Maka jelas, persaudaraan sebagai pengokoh ukhuwah islamiyah haruslah kental dan
terikat kuat sampai ke dasar agar ‘bangunan’ yang kian di bangun tak perlu
menghiraukan angin, sekencang apapun itu. Dan, FSI Al-Biruni haruslah memiliki pondasi
kuat tersebut. Ketika para mujahid di dalamnya memiliki rasa persaudaraan yang
tinggi, yang mengindikasikan saling memiliki rasa kepercayaan antara satu
dengan yang lain, maka jangan heran kebersamaan persaudaraan tersebut akan
menghantarkan pada kejayaan perjuangan Islam, yang notabene adalah cita-cita
umat muslim di dunia yang hendak dicapai, kembali. (Ya, karena dulu Islam
pernah jaya, dan pada akhirnya memang hanya Islam-lah yang akan berjaya.)
Persaudaraan terjalin karena kita memiliki tujuan ataupun misi yang sama,
hidup mulia atau mati syahid. Islam akan berjaya dengan atau tanpa kita. Tapi,
akankah kita berjaya tanpa Islam? Tidak.. karena hanya Islam fikrah yang Allah
SWT sampaikan pada Rasulullah Muhammad SAW melalui malaikat-Nya, Jibril. Maka,
ketika kita memiliki tujuan yang sama, dengan sendirinya akan tercipta ukhuwah
islamiyah yang semata-mata hanya mengharap ridha Ilahi. Inilah yang dimaksud
mengapa persaudaraan dinilai sebagai indikator terbesar terbangunnya FSI
Al-Biruni yang madani.
Lalu, contoh lain, bayangkan jika kita adalah orang yang berlari dengan tali
sepatu yang tidak terikat dengan baik. Ya, jatuh adalah konsekuensi pasti yang
didapat orang tersebut. Dalam membangun sebuah organisasi, kita pasti tidak
ingin gagal dan terjatuh. Maka, solusi pastinya adalah, lagi, perkuat barisan
persaudaraan, pererat ukhuwah Islamiyah. Di sinilah kembali saya menyatakan,
bahwa FSI Al-Biruni merupakan wadah terbaik dalam mempersahabatkan insan-insan
yang terlibat di dalamnya. Dengan tetap meluruskan niat, bahwa hanya Allah satu
tujuan.
Politik, penuh taktik menggelitik..
FSI Al-Biruni layaknya miniatur pemerintahan yang dalam menjalankan tugasnya
diselipkan strategi-strategi politik untuk mencapai visi dan misi yang hendak
dicapai selama masa kepengurusan. Pastinya, para ‘politikus-politikus’ handal
yang menjalankan roda pemerintahan FSI Al-Biruni adalah para pemuda-pemudi yang
mumpuni di bidangnya. Mereka adalah insan-insan terpilih yang hatinya
terpanggil untuk melayani umat dengan sepenuh kemampuan yang ada. Perlu
dipahami bahwa Islam tidak hanya membatasi pembahasannya sebatas ritual ibadah
yang bersifat ruhaniyah. Bahasan Islam sangat menyeluruh meliputi segala aspek,
termasuk aspek perpolitikan. Rasulullah SAW. pun bersama para sahabatnya, dalam
menjalankan dakwah islamiyah sungguh dirancang dengan strategi yang penuh
pertimbangan, dan diselipi dengan strategi politik yang penuh taktik baik.
Maka di tempat ini, kita diajarkan bagaimana cara berpolitik dengan baik,
bagaimana cara mengatur diri sendiri maupun orang lain, bagaimana cara
berdakwah dengan penuh strategi agar risalah Islam tersampaikan dengan baik.
Namun, perlu diingat bahwa politik disini (insyaAllah) berbeda dengan politik
pemerintahan yang dewasa ini terkesan penuh tatik licik dan menggelitik.
Permainan politik kita coba jalankan disini dengan tetap berlandaskan Islam
yang kaffah, Islam yang menyeluruh tanpa melihat
background ras maupun
aspek-aspek pembeda lainnya. Berbeda dengan politik pemerintahan kita yang
sekarang ini terkesan melihat siapa atau apa
backgroundnya.
Adanya FSI Al-Biruni semoga bisa melahirkan politikus-politikus handal yang
qurani dan islami sehingga nantinya bisa menjalankan roda pemerintahan yang
makmur sejahtera, ke arah Islam yang jaya..
Cinta, Di sini kita Menuai..
Sejumlah cinta telah terukir
Senada peluh perjuangan tiada akhir
Cinta, di sini kita menuai
Benih-benih muncul kepermukaan
Cinta-Nya merasuk hingga ke jiwa
Ketika hati berpaut, pada Allah, sang Tuhan Maha Cinta..
Ya, di tempat ini, tiada keraguan bahwa di sini begitu sesak dengan
cinta-cinta sang hamba pada tuhannya. Di sini, para pencinta Allah azza wa
jalla saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Di tempat ini, kita saling berebut
cinta-Nya. Berharap satu, syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Begitu banyak nilai positif yang diberikan di tempat ini. Semua perindu syurga
saling melebihkan nilai-nilai ibadahnya. Saling bertukar pendapat, mendirikan
majelis-majelis ilmu, menjalankan segala kegiatan dengan harapan mendapatkan
rahmat dan ridha-Nya. Tak salah, jika cinta-Nya bertebaran, dan hamba-hamba-Nya
saling
berebutan, karena memang tempat ini tempat kebaikan,
InsyaAllah.
Ditempat ini, cinta menuai indah. Cinta pada sang Khalik semata. Dan cinta
pada sesama..
Dari Anas r.a. bahwa Nabi SAW bersabda, "Tidak sempurna keimanan
seseorang dari kalian, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri"
Kekurangan ada untuk dilebihkan..
Dalam berdakwah, istiqomah adalah kuncinya. Ketika kita terbentur satu
kekurangan, jika istiqomah di tangan, maka tak perlulah risau akan halangan.
Tak dipungkiri, ada banyak kekurangan FSI Al-biruni dalam pelayanan dakwahnya.
Mungkin dari sisi pemahaman jajaran pengurus yang berbeda-beda, pelayanan
fasilitas yang terbatas, ketidakselarasan komunikasi antara sang ikhwan dan
sang akhwat (karena mungkin hijab, insyaAllah), dan lain hal sebagainya yang
membuat banyak rekan-rekan diluar sana mungkin menganggap FSI Al-Biruni
merupakan organisasi yang masih berkembang, belum maju. Tapi, apalah pentingnya
arti maju dan berkembang jikalau jajaran pengurus sudah kepalang cinta akan
tempat ini, segala kekurangan yang ada akan terlihat tidak mengganggu, bahkan
kekurangan tersebut ada untuk dilebihkan menjadi sebuah pemacu semangat
berdakwah. Ketika kekurangan yang ada dijadikan cemoohan bagi ‘mereka’ di luar
sana, tapi bagi kita yang menjalaninya, cemoohan tersebut bagai kritik
membangun untuk terus mengoreksi perjalanan dakwah ini.
Maka, jangan biarkan cemoohan mereka mengisi kekosongan jiwa dan raga
sehingga membuat diri lemah dan tak semangat berdakwah.
Karena sejatinya, “Dakwah adalah cinta,” kata Rahmat Abdullah, “dan cinta
akan meminta semuanya darimu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu.
Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau
cintai.”
Maka, tak ada waktu untuk mendengarkan hardikan mereka, cemoohan mereka,
tentang perjalanan dakwah ini.
Cukuplah Allah tujuan kita, Rasul teladan kita, Islam segala tata aturan
kehidupan kita, dan Dakwah, sebagai perjalanan serta kebutuhan kita..
“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada
kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan
merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S Al-Imran: 104)
Ingatlah selalu, lelahmu dalam perjuangan ini insyaAllah dinilai sebagai
pemberat amal ibadah mulia dihadapan-Nya, InsyaAllah, aamiin.
Wallahu wa Rasuluhu
‘alam bish showab, wal ‘afuminkum.
Nadya F. Fidhyallah
Dept. Kaderisasi FSI Al-Biruni 2012