Sabtu, 23 Juni 2012

Di sini, Ukhuwah bermula..


Di sini ukhuwah bermula..
Dalam lingkaran penuh cinta
Dalam kesepakatan penuh makna
Antara aku dan dia, mereka, kita..

Di sini ukhuwah bermula..
Bukan karena kita bahagia,
Bukan pula karena kita saling sama
Justru segala perbadaan yang menyatukan
Insan-insan yang yang utuh jika saling melengkapi permukaan
Permukaan tauladan iman..

Di sini ukhuwah bemula..
Hati-hati yang tertuju pada satu Yang Esa
Saling meraba, menafsirkan makna ukhuwah seutuhnya
Ada kalanya di antara kita tak ada sapa,
Pasti penuh Tanya. Ya.
Bukan karena acuh atau apa,
Tapi karena salah tafsir antara kita, bahwa sejatinya ukhuwah ada untuk saling introspeksi jua
Tak ada sapa, tapi tetap ada cinta, karena Allah azza wa jala

Di sini, lagi, ukhuwah bermula
Sejatinya ukhuwah dibuktikan oleh mereka, jundi-jundi Allah
Rasulullah, karib dengan para sahabatnya
Bukan karena sedarah, atau apalah
Tapi karena iman, yang penuh cinta pada Tuhan
Saling berjabat, bermesra dalam risalah dakwah..

Maka, di sini, ukhuwah bermula..
Di jalan ini, di detik ini. Ya, di sini.
Di tempat dimana bergetarlah ia ketika asma Tuhannya disebutkan..
Di tempat dimana terkadang kita terbuai akan cinta (dunia) yang kadang datang silih berganti untuk sekadar menyapa, lantas pergi karena tak sejati..
dimanakah itu ?
di sini kawan, di Hati ini, ukhuwah bermula..

atas nama Iman, terikat karena Islam, dan berujung pada nikmatnya Syurga. insyaAllah..

-nadya-

Rabu, 06 Juni 2012

Bermanfaat, karena Bersahabat..


Bismillahirrahmanirrahim. Allahumma Shalli `ala Muhammad

Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang ada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Akan tetapi, Allah telah mempersatukan hati mereka.” (Q.S. Al-Anfal: 63)

Jika hati-hati setiap kita sudah terhimpun pada Yang Satu, Yang Esa, Allah SWT., maka yang terlintas dalam pikiran setiap saat adalah bagaimana kita bisa selalu memberi bentuk penyembahan terbaik untuk-Nya, Allah SWT.
Dalam setiap perjuangan, apapun itu, pasti membutuhkan suatu media atau wadah yang dapat menjadi sarana yang bisa menyalurkan potensi dengan optimalisasi daya dan upaya yang terarah dan teratur. Misal, perjuangan kita untuk membuktikan seberapa cerdasnya kita dalam bidang pendidikan bisa disalurkan dan dibuktikan dengan adanya lembaga pendidikan formal yaitu sekolah dengan berbagai tingkatannya. Lain hal, perjuangan kita untuk bisa membuktikan seberapa tangguh kemampuan kepemimipinan, politik, dsb, salah satunya bisa disalurkan dengan adanya parpol-parpol bergengsi di negeri ini. Lalu, jika kita bicara mengenai perjuangan dakwah islamiyah, adakah medianya?

FSI Al-Biruni merupakan Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) yang dimiliki Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta. Disinilah, para pemuda islam, pejuang kebenaran, mahasiswa muslim/ah FT UNJ yang hati-hatinya selalu berusaha untuk terus berhimpun kepada Allah SWT., akan merasa memiliki ‘rumah kedua’ yang bisa dijadikan wadah untuk menyalurkan dakwah islamiyah. Ketika kita berbicara mengenai rumah, maka di dalamnya kita akan senantiasa menemukan kenyamanan, ketentraman, dan ketenangan jiwa, dan FSI Al-Biruni memiliki kriteria tersebut.
FSI Al-Biruni adalah salah satu tempat atau wadah bagi mereka yang hatinya (insyaAllah) berusaha selalu untuk bisa bermuara pada Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. FSI Al-Biruni adalah sebuah media, yang dengan segala kesederhanaan tempat, kesederhanaan jajaran pengurus, kesederhanaan program-program kerja, mampu menampilkan ‘kemewahan’ pelayanan umat yang sangat mencerminkan Islam seutuhnya. Persaudaraan, perpolitikan, bahkan cinta, akan mudah sekali ditemukan di tempat itu. 3 kata tersebut, sangat berjauhan maknanya, tapi akan terasa dekat bahasannya jikat berada di lingkaran FSI Al-Biruni.

Dengan Persaudaraan, Semua Berawal..

Persaudaraan, atau yang lebih kita kenal sebagai ukhuwah islamiyah, adalah salah satu indikator terbesar yang menjadikan FSI Al-Biruni benar-benar menjadi ‘forum islam’ seutuhnya. Ketika kita membangun sebuah rumah mewah tingkat 5, akankah bertahan lama rumah tersebut jika tak ada semen sebagai perekat antara satu bata dengan yang lainnya ? Tidak. Ketika sobekan rupiah seratus ribu hendak dibelanjakan di supermarket, akankan si kasir menerima uang tersebut? Tidak, melainkan harus disatukan terlebih dahulu dengan sobekan lainnya menggunakan sebuah perekat. Lalu, ketika kita berlari dalam keadaan sepatu kanan belum diikat talinya, apakah akan terasa nyaman? Lagi-lagi, tidak kawan. Nah, disinilah analogi makna persaudaraan terbentuk. Persaudaraan tak jauh dari sebuah perekat yang jika tidak diperhatikan dengan saksama, maka tak akan ada artinya rumah setinggi apapun, uang setinggi apapun nilainya.
Coba bayangkan, siapa yang tak ingin memiliki rumah bertingkat. Hampir setiap kita mendambakannya. Namun, jika rumah tersebut tidak dibangun dengan pondasi yang kuat, akankah kita tetap mendambakannya?.

FSI Al-Biruni adalah rumah bertingkat yang memiliki persaudaraan (ukhuwah islamiyah) sebagai pondasi pengokohnya. Di dalamnya terhimpun umat-umat Rasul yang menjadikan satu sama lain sebagai saudara seiman. Karena, ya, firman Allah SWT. sangat jelas mengatakan bahwa sungguh tiap mukmin adalah bersaudara.

“Persaudaraan adalah mukjizat, wadah yang saling berikatan. Dengannya Allah persatukan hati-hati berserakan. Saling bersaudara, saling merendah lagi memahami, saling mencintai, dan saling berlembut hati.” –Sayyid Qutb-

Semakin tinggi sebuah bangunan, maka angin yang menerpa akan semakin besar. Maka jelas, persaudaraan sebagai pengokoh ukhuwah islamiyah haruslah kental dan terikat kuat sampai ke dasar agar ‘bangunan’ yang kian di bangun tak perlu menghiraukan angin, sekencang apapun itu. Dan, FSI Al-Biruni haruslah memiliki pondasi kuat tersebut. Ketika para mujahid di dalamnya memiliki rasa persaudaraan yang tinggi, yang mengindikasikan saling memiliki rasa kepercayaan antara satu dengan yang lain, maka jangan heran kebersamaan persaudaraan tersebut akan menghantarkan pada kejayaan perjuangan Islam, yang notabene adalah cita-cita umat muslim di dunia yang hendak dicapai, kembali. (Ya, karena dulu Islam pernah jaya, dan pada akhirnya memang hanya Islam-lah yang akan berjaya.)
Persaudaraan terjalin karena kita memiliki tujuan ataupun misi yang sama, hidup mulia atau mati syahid. Islam akan berjaya dengan atau tanpa kita. Tapi, akankah kita berjaya tanpa Islam? Tidak.. karena hanya Islam fikrah yang Allah SWT sampaikan pada Rasulullah Muhammad SAW melalui malaikat-Nya, Jibril. Maka, ketika kita memiliki tujuan yang sama, dengan sendirinya akan tercipta ukhuwah islamiyah yang semata-mata hanya mengharap ridha Ilahi. Inilah yang dimaksud mengapa persaudaraan dinilai sebagai indikator terbesar terbangunnya FSI Al-Biruni yang madani.
Lalu, contoh lain, bayangkan jika kita adalah orang yang berlari dengan tali sepatu yang tidak terikat dengan baik. Ya, jatuh adalah konsekuensi pasti yang didapat orang tersebut. Dalam membangun sebuah organisasi, kita pasti tidak ingin gagal dan terjatuh. Maka, solusi pastinya adalah, lagi, perkuat barisan persaudaraan, pererat ukhuwah Islamiyah. Di sinilah kembali saya menyatakan, bahwa FSI Al-Biruni merupakan wadah terbaik dalam mempersahabatkan insan-insan yang terlibat di dalamnya. Dengan tetap meluruskan niat, bahwa hanya Allah satu tujuan.

Politik, penuh taktik menggelitik..
FSI Al-Biruni layaknya miniatur pemerintahan yang dalam menjalankan tugasnya diselipkan strategi-strategi politik untuk mencapai visi dan misi yang hendak dicapai selama masa kepengurusan. Pastinya, para ‘politikus-politikus’ handal yang menjalankan roda pemerintahan FSI Al-Biruni adalah para pemuda-pemudi yang mumpuni di bidangnya. Mereka adalah insan-insan terpilih yang hatinya terpanggil untuk melayani umat dengan sepenuh kemampuan yang ada. Perlu dipahami bahwa Islam tidak hanya membatasi pembahasannya sebatas ritual ibadah yang bersifat ruhaniyah. Bahasan Islam sangat menyeluruh meliputi segala aspek, termasuk aspek perpolitikan. Rasulullah SAW. pun bersama para sahabatnya, dalam menjalankan dakwah islamiyah sungguh dirancang dengan strategi yang penuh pertimbangan, dan diselipi dengan strategi politik yang penuh taktik baik.
Maka di tempat ini, kita diajarkan bagaimana cara berpolitik dengan baik, bagaimana cara mengatur diri sendiri maupun orang lain, bagaimana cara berdakwah dengan penuh strategi agar risalah Islam tersampaikan dengan baik. Namun, perlu diingat bahwa politik disini (insyaAllah) berbeda dengan politik pemerintahan yang dewasa ini terkesan penuh tatik licik dan menggelitik. Permainan politik kita coba jalankan disini dengan tetap berlandaskan Islam yang kaffah, Islam yang menyeluruh tanpa melihat background ras maupun aspek-aspek pembeda lainnya. Berbeda dengan politik pemerintahan kita yang sekarang ini terkesan melihat siapa atau apa backgroundnya.

Adanya FSI Al-Biruni semoga bisa melahirkan politikus-politikus handal yang qurani dan islami sehingga nantinya bisa menjalankan roda pemerintahan yang makmur sejahtera, ke arah Islam yang jaya..

Cinta, Di sini kita Menuai..
Sejumlah cinta telah terukir
Senada peluh perjuangan tiada akhir
Cinta, di sini kita menuai
Benih-benih muncul kepermukaan
Cinta-Nya merasuk hingga ke jiwa
Ketika hati berpaut, pada Allah, sang Tuhan Maha Cinta..

Ya, di tempat ini, tiada keraguan bahwa di sini begitu sesak dengan cinta-cinta sang hamba pada tuhannya. Di sini, para pencinta Allah azza wa jalla saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Di tempat ini, kita saling berebut cinta-Nya. Berharap satu, syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Begitu banyak nilai positif yang diberikan di tempat ini. Semua perindu syurga saling melebihkan nilai-nilai ibadahnya. Saling bertukar pendapat, mendirikan majelis-majelis ilmu, menjalankan segala kegiatan dengan harapan mendapatkan rahmat dan ridha-Nya. Tak salah, jika cinta-Nya bertebaran, dan hamba-hamba-Nya saling berebutan, karena memang tempat ini  tempat kebaikan, InsyaAllah.
Ditempat ini, cinta menuai indah. Cinta pada sang Khalik semata. Dan cinta pada sesama..
Dari Anas r.a. bahwa Nabi SAW bersabda, "Tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri"

Kekurangan ada untuk dilebihkan..
Dalam berdakwah, istiqomah adalah kuncinya. Ketika kita terbentur satu kekurangan, jika istiqomah di tangan, maka tak perlulah risau akan halangan. Tak dipungkiri, ada banyak kekurangan FSI Al-biruni dalam pelayanan dakwahnya. Mungkin dari sisi pemahaman jajaran pengurus yang berbeda-beda, pelayanan fasilitas yang terbatas, ketidakselarasan komunikasi antara sang ikhwan dan sang akhwat (karena mungkin hijab, insyaAllah), dan lain hal sebagainya yang membuat banyak rekan-rekan diluar sana mungkin menganggap FSI Al-Biruni merupakan organisasi yang masih berkembang, belum maju. Tapi, apalah pentingnya arti maju dan berkembang jikalau jajaran pengurus sudah kepalang cinta akan tempat ini, segala kekurangan yang ada akan terlihat tidak mengganggu, bahkan kekurangan tersebut ada untuk dilebihkan menjadi sebuah pemacu semangat berdakwah. Ketika kekurangan yang ada dijadikan cemoohan bagi ‘mereka’ di luar sana, tapi bagi kita yang menjalaninya, cemoohan tersebut bagai kritik membangun untuk terus mengoreksi perjalanan dakwah ini.
Maka, jangan biarkan cemoohan mereka mengisi kekosongan jiwa dan raga sehingga membuat diri lemah dan tak semangat berdakwah.
Karena sejatinya, “Dakwah adalah cinta,” kata Rahmat Abdullah, “dan cinta akan meminta semuanya darimu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai.”

Maka, tak ada waktu untuk mendengarkan hardikan mereka, cemoohan mereka, tentang perjalanan dakwah ini.

Cukuplah Allah tujuan kita, Rasul teladan kita, Islam segala tata aturan kehidupan kita, dan Dakwah, sebagai perjalanan serta kebutuhan kita..

“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S Al-Imran: 104)

Ingatlah selalu, lelahmu dalam perjuangan ini insyaAllah dinilai sebagai pemberat amal ibadah mulia dihadapan-Nya, InsyaAllah, aamiin.
Wallahu wa Rasuluhu alam bish showab, wal ‘afuminkum.


Nadya F. Fidhyallah
Dept. Kaderisasi FSI Al-Biruni 2012

Rabu, 08 Februari 2012

Because, Love is We.

#Kamar, 08-02-12. (23.04)
Because, Love is We.



“Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. all praises to Allah.. all praises to Allah..”

Itu lah sepenggal lirik dari Maher Zein.
Ya, semua bersyukur kepada Allah.
Bumi. Langit. Daun. Laut. Tanah. Udara. Air. Semua. Semua yang di alam semesta. Semua bertasbih, bertahmid, bertakbir karena ke-AgunganNya. Termasuk diri ini. Insan yang selalu saja diberi kemudahan, diberi kelebihan, diberi segalanya oleh sang maha Pemberi. Malu rasanya jika tak terucap sedetik saja dari bibir ini rasa syukur yang mendalam kepada-Nya. Alhamdulillah..
Salawat serta salam takzim semoga juga terus mengalir, terus terucap dari bibir ini, umat yang sangat ingin diberi syafaat kelak di yaumil akhir-Nya nanti, umat yang selalu mengaharap perjumpaan dengannya, kepada junjungan umat islam seluruh dunia, Rasulullah SAW, lelaki sempurna pilihan Allah, Rasul terakhir yang berhasil membawa Islam dari masa kegelapan ke masa terang benderang.. Allahummashalli wa sallim alaa’ Muhammad..
Sungguh, tak ada alasan bagiku untuk tidak mensyukuri kehidupan ini.
termasuk, mensyukuri adanya wanita-wanita hebat disekelilingku. Ya. Sahabat-sahabatku.

Ini kisahku. Kisah kita. Aku dengan mereka. Aku, dan Sahabat-sahabatku..
Bahagia rasanya mendapati kenyataan kami semua bisa melanjutkan pendidikan kami ke jenjang yang lebih tinggi. Yang menandakan, kian dekat jarak antara kami dengan impian. Memang ada dari kami yang tertunda kesuksesannya.  Ter-tun-da. Hanya masalah waktu saja. Bukan jadi masalah kan jika akhirnya mereka akan merasakan manisnya kesuksesan, nanti. Bukan sekarang.  Karena kesuksesan seseorang tak mungkin tertukar. Semoga Allah memudahkan jalan mereka, amiin..

Semua sibuk mengurus pendidikan masing-masing. Menandakan sebuah perpisahan menuju kedewasaan menghampiri persahabatan ini. Semua berbicara kesuksesan. Hingga, sampailah pada hari dimana kita saling berkirim salam semangat, yang menandakan tak akan ada perjumpaan lagi dalam waktu dekat. Dan, semua tenggelam pada kehidupan masing-masing..
Singkat cerita, 6 bulan berlalu. Waktu yang tidak singkat untuk kami yang pertama kali menjalani pendidikan di Universitas yang berbeda-beda. Sekarang, tibalah waktunya kami menepati janji yang pernah kami ukir 6 bulan yang lalu. Bertemu di salah satu rumah dari kami untuk sekadar melepas rindu yang membuncah hati selama 6 bulan terakhir sudah menjadi bayangan kami..
Kamis, 2 Februari 201* menjadi hari yang spesial untuk setiap jiwa muda ini. Walau tak datang secara bersamaan -karena pastinya budaya ngaret yang kami punya-, tapi tak menyurutkan kebahagian kami hari itu. Subhanallah, hanya terpisah sekitar 6 bulan, ya, 6 b-u-l-a-n, tapi rasanya kami sudah tidak berjumpa sekian tahun. Berlebihan kah saya? pasti. Tapi mau bagaimana lagi. Rindu sekali hati ini kepada mereka, sahabat-sahabat hebatku…

Mereka tidak berubah.. sama sekali tidak berubah. Tetap ceria, tetap penuh canda, dan tetap.. membuat hati ini Bahagia. Hari itu riuh sekali rasanya. Semua bergantian ingin menceritakan pengalaman pertama berkuliah mereka. Layaknya anak-anak yang mengantri ingin mendapatkan permen. Layaknya waktu berputar begitu cepat. Layaknya kita tidak ingin sedetik berlalu tanpa riuhan. Sungguh semua bersemangat. Semua bahagia. Tidak. Ternyata tidak semua. Ada satu di antara kami yang sedih. Ya, s-e-d-i-h. Aku. Haha. Aku ?. huh. Entah mengapa dadaku tiba-tiba terasa sesak. Bukan. Bukan karena aku memiliki penyakit jantung. Ini bukan jantung, kawan. Seperti ada aliran udara yang mencekat dadaku. Entah mengapa perasaan dingin (baca: haru)  tiba-tiba saja menghampiriku. Perasaan tidak ingin berpisah, tidak ingin kehilangan, tidak ingin jauh dari mereka menyapaku dengan keras.
Mereka tertawa, tapi hatiku bersedih. Mereka bercanda, tapi hatiku meronta. Inikah klimaks kerinduanku pada mereka ? haruskah aku sekonyol ini? Menghiasi wajah dengan derai tawa karena kelucuan tingkah mereka, tapi sebenarnya hati ini sedih, sedih sekali karena memikirkan waktu perjumpaan ini hanya sesaat. Sesaat yang akan diakhiri dengan perpisahan, kembali.
Ya Allah, inikah sejatinya makna persahabatan ?
Kau jumpakan kami, lalu Kau pisahkan kami dengan KuasaMu
Inikah sejatinya makna persahabatan ?
Akan terasa begitu berharga, ketika kita saling berpisah
Dan, akan terasa bahagia ketika saling berjumpa
Inikah sejatinya makna persahabatan ?
Yang karena derai tawa mereka, bias menjadi derai air mataku
Seberlebihan itukah makna persahabatan ?
Entahlah..
Yang ku tahu, mereka membuatku tersadar
Dengan perpisahan, memperkuat pertemanan ini.
Dengan perjumpaan, mempermanis persahabatan ini.
Sejatinya aku mencintai mereka!
Siapa peduli tanggapan mereka
Karena kenyataannya persahabatan hanya ingin selalu  memberi, tanpa harus ditanggapi
…..

Satu makna indah yang ku dapat dari perjumpaan (kembali) singkat saat itu, bahwa persahabatan sejati memang benar-benar sudah Allah berikan padaku. Pada K-I-T-A. Kini manisnya persahabatan sudah ku genggam,  dan akan selalu ku rasa. Setidaknya, kisah-kisah indah persahabatanku ini akan menjadi sebuah cerita berantai bahagia yang akan ku bagi pada anak-anak ku kelak.

Kini, biarkan alam menyeleksikan kembali sahabat-sahabat baru untuk ku.. bukan berarti mereka tergantikan. Mereka tetap tersimpan disini. Bukan, bukan di jantung, kawan. Di sini. Di tempat yang cinta selalu senang untuk sekadar datang silih berganti.

Akhirnya aku mengerti, ini baru permulaan. Sebuah perpisahan-petemuan-perpisahan akan slih berganti mewarnai waktu yang berlalu. Yang ku paham, persahabatan terasa manis dengan adanya perpisahan. Karena, hanya perpisahan yang dapat mengeluarkan air mata tulus kasih sayang..
Selamat menjalani kehidupan dewasa - yang kata sebagian orang akan lebih menyiksa dibanding dengan masa ABeGe dulu-. Tak ada haru lagi di dada ini, karena ikhlas akan selalu menghampiri, insyaAllah.

Doaku : Rabb-ku, mereka wanita hebat, kau hadirkan aku ditengah mereka agar aku bisa terlatih menjadi hebat, mudahkan, lapangkan, ringankan segala kesulitan dan beban yang silih berganti (akan selalu) menghampiri mereka. Karena sejatinya, tak akan ada beban jika tak ada pundak.. biarkan aku jadi pundak tambahan mereka, sehingga diri ini bisa sekadar bermanfaat bagi mereka, untuk berbagi beban.

“Semoga, kalian semua bukan hanya menjadi sahabat-sahabat Hebat-ku, tapi juga menjadi sahabat-sahabat Sholeha-ku..” amiin.

#Terima kasih atas semuanya. Mohon maaf atas segalanya..
 

-nadya




Powered By Blogger