Minggu, 27 September 2015

...

Sang aktor pendidikan resah. Agak ironis memang, kala bicara sistem pendidikan.
Mereka berpayah mencari solusi,
pusing bicara masalah itu, masalah ini,
Meminta gaji, namun berbentur dengan kata abdi.
Berkeluh menderita karena pelik dengan sistem yang ada, dibilang lemah dan malah diancam copot jabatan,

Kasian.
Tapi ya..
Sistem, terus berlari.
Siksa mereka sebagai pelaku utama,
yang tak sesuai dengan norma-norma lapangan yang ada.
Teori dan aturan yang lahir, mereka pun sangsi.
Itu lahir dari mulut siapa? landasannya apa?
Bisa-bisanya beda dengan dunia nyata.
1 + 1 = 2, tapi dengan sistem, hasilnya ya... suka-suka. Haha.

Lalu kebijakan,
dimana bijaknya?
Jika ada proyek proyek.. Tender tender raksasa (di-balik-layar) yang isinya hanya degredasi moral yang semua tutup mata.

Alangkah lucunya,
Mereka punya visi yang sama... mencerdaskan kehidupan bangsa.
Cerdas seperti apa? Huh. Entah.

Tapi visi hanyalah visi,
jika para aktor lapangan hanya disuap sistem tak ada arti.
Tapi tenang, Pak, Bu Mentri.
Mereka resah.. mereka pundung hanya sekadar pundung,
toh marahnya mereka, kian memotivasi untuk berbuat lebih.
Biar mereka bekerja dengan caranya. Bekerja karena ingin anak cucu Indonesia menjadi manusia yang seutuhnya.
Melayani negeri, mendidik para peretas mimpi, dengan suguhan ilmu tanpa politisasi.
Murni, dengan ketulusan hati.

Tekad mereka tak lebih berujar bahwa perjuangan ini, biar berhenti sendiri saat matinya denyut nadi. Perjuangan ini, Per(juang)an tentang pen(cerdas)an ke(hidup)an bangsa.
...

Pendidikan Indonesia, riwayatmu kini...

------------
@nadya_ff
Powered By Blogger