Sabtu, 29 Oktober 2016

Basah Tanah.

Basah tanah,
Pekat langit,
Ribuan air jatuh, saling berebut lebih dulu
Sesaat, tersirat ada pesan langit untuk matahari.
“Rehat lah kau sejenak, duduk menepi dibalik jubahku. Ada saat, terikmu simpan dulu. Biar mereka rindu.” Pintanya, sederhana saja.
Tak perlu langit merayu, matahari angguk tanpa ragu.
Benar saja, sang surya terlihat lelah tak ada daya.
Di pangkuan awan, mataharipun bersandar.
Namun, Di tengah pekarangan, gadis cilikpun sedih, gusar. Tengadah kepala, tak temukan sang Surya.
Air matanya mengalir, bercampur hujan.
“Kembali kau matahariku. Tak akan ku caci lagi terikmu,” rengeknya. Sesalnya.

..
Basah tanah,
Pekat langit,
Dimana kau, matahari?


Senin, 01 Agustus 2016

KITA. Sederhana saja.



Sederhananya kita.
Pertama-tama, semua saling tumpah untuk sekedar bercerita.. untuk saling memahami hati dan jiwa.
Selanjutnya, Kedua-kedua, hanya lewat sindiran lepas yang terucap, tapi seketika satu sama lain paham ada makna yang tersirat. Ada cerita yang ingin saling diungkap.
Hingga akhirnya, Ketiga-ketiga, cukup lewat tatapan mata, lalu kita saling mengerti begitu saja apa ‘isi’ di dalamnya.
Sesederhana itu, persaudaraan ini.
Seromantis itu, ukhuwwah ini.
Kita terus bermesra, merajut ukhuwwah karena Allah.
Kita terus bercengkrama, menyulam hati meretas jarak pemisah.
Maka, adalah Aku, yang sungguh bersyukur bersahabatkan mu.
Maka, adalah Kamu, yang kupastikan pun (semoga) bersyukur bersaudarakanku.
Terimakasih untuk ukiran 5 tahun persaudaraan. Naik turunnya, suka dukanya, sungguh tersimpan rapih dalam kenangan. Dalam hati dan pikiran.
Perjalanan ukhuwwah kita akan terus menjejak bumi, untuk hari ini, esok, dan nanti.
Maka, semoga Kita mampu membawa goresan ukhuwwah, sampai nanti di Syurganya Allah.
Aamiin.

Inilah Kita, yang saling bersahabat, dengan sederhana saja.
.
.
.
... sesederhana /ungkapan hati/ lewat goresan gambar ini.

#nad #eng #jelek #buddy #inlove #tillJannah 

Kamis, 31 Maret 2016

Iqomatuddin; Ibadah yang terlewat

Iqomatuddin, adalah ibadah yang (mungkin) secara tidak langsung tidak disadari oleh umat Islam itu sendiri. Ia tidak tercatat zohir (re: tertulis jelas) dalam rukun Islam pun rukun Iman. Padahal, di sisi lain, ibadah Iqomatuddin adalah ibadah yang Allah amanahkan langsung kepada nabi-nabinya. Ibadah tentang keharusan umat muslim menegakkan Agama dengan sebenar-benarnya.
Qs. Asy-syura: 13
"Dia telah mensyariatkan kalian tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali."

Iqomatuddin, adalah ibadah yang bermakna  (berdakwah) mempelajari, mengajarkan, serta memperjuangakan agama Allah (re : Islam) yang disertai dengan kesabaran dalam menghadapi rintangan yang mengahadang, yang semua ini dilakukan sepanjang hayat.

Siapa pelaksananya ?
Tak lain tak bukan, Kita, sang hamba Allah, sang ummat Rasulullah, yang telah secara sadar beriman Islam.

Lihatlah contoh..
Adalah Ia, yang tapak sandalnya terdengar merdu di syurga, sang budak yang keimanannya kuat, Bilal bin Rabah, mempunyai tugas dan kewajiban untuk  iqomatuddin.
Adalah Ia, sang sahabat Rasul tercinta, yang oertama-tama masuk syurga, sang saudagar yang terpandang, Abu Bakar RA, juga diwajibkaan berdebu-berpeluh-berjihad tegakan Islam. Iqomatuddin
Atau, Adalah Ia, sesosok tua yang tak kenal lelah, tiada henti berjihad, Abu Ayyub Al-Anshari, tak terhadang fisiknya yang renta, tapi terus memegang iqomatuddin, bertanggung jawab akan amanah menegakan diinul islam sampai akhir hayat.

Maka, siapa yang terkena wajib akan Iqomatuddin?
sekali lagi, Kita, sang hamba Allah, sang ummat Rasulullah, yang telah secara sadar beriman Islam.

Tak kenal status, tak kenal jabatan.

dan, Sampai kapan Kita tunaikan?
Sepanjang hayat dikandung badan, sepanjang nafas berderu kencang.
Qs. Al-Hijr; 99
"..dan sembahlah Robbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)."   
Semoga Allah kuatkan untuk terus menunaikan Iqomatuddin; mempelajari, menegakkan, mensyiarkan, serta memperjuangakan agama Islam, sampai akhir hayat.

-nad-

---------
Sumber refrensi :
> http://islamical-ghuraba.blogspot.co.id/2011/01/menegakkan-dien-sampai-akhir-hayat.html
> https://attazkiyah.wordpress.com/2010/05/24/iqomatuddin-sampai-akhir-hayat/

Rabu, 24 Februari 2016

(tanpa) sebab (?)


Ada masa dimana ia hadir tanpa sebab. Silih berganti.
Sedih. Senang. Bahagia. Cemburu. Khawatir. Bahkan... Rindu.
Tanpa sebab, tapi sangat berakibat. Itu mungkin terjadi pada orang-orang introvert. Hampir autis, mungkin.
Sedih sendiri.
Senang sendiri.
Bahagia sendiri.
Cemburu sendiri.
Khawatir sendiri.
Bahkan.. Rindu(pun) mungkin sendiri.
Tanpa sebab?
Tidak. Ada sebab.
(Kamu).
Jangan tanya kenapa. Jangan tanya kok bisa. Karena yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.
Ia hadir tiba-tiba. Lalu, terbiasa.
Tanpa sebab?
Tidak. Ada sebab.
(Kamu).
.
.
.
.

... dan, di jalan ini, aku terjebak.

Minggu, 31 Januari 2016

2016. Februari yang ke 23.

Keasyikan berseluncur di dunia maya sambil sesekali ngerjain tugas (*lah), terus pas sadar nengok ke pojok kanan bawah bagian desktop menunjukan pukul 0:17 ditanggal 01/01/2016.
Yap.
Ini Februari yang ke 23 (hampir) aku lalui.
Bukan waktu yang cepat, bukan angka yang muda (lagi).
Banyak yang tercapai, lebih banyak yang belum.
Harapannya bisa terus jadi prbadi yang lebih baik lagi... lebih baik lagi...
Lebih shalih lagi.. lebih istiqomah lagi..

Terimakasih o Allah, atas semuamuamua karunia yang bahkan -laut menjadi tintanya, pohon sebagai penanya-pun tak akan mampu selesai menuliskannya satu per satu.

Sungguh taburan nikmat Allah tiada berhenti, sampai nanti, sampai mati.

-nad-
Powered By Blogger