Rabu, 08 Februari 2012

Because, Love is We.

#Kamar, 08-02-12. (23.04)
Because, Love is We.



“Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. all praises to Allah.. all praises to Allah..”

Itu lah sepenggal lirik dari Maher Zein.
Ya, semua bersyukur kepada Allah.
Bumi. Langit. Daun. Laut. Tanah. Udara. Air. Semua. Semua yang di alam semesta. Semua bertasbih, bertahmid, bertakbir karena ke-AgunganNya. Termasuk diri ini. Insan yang selalu saja diberi kemudahan, diberi kelebihan, diberi segalanya oleh sang maha Pemberi. Malu rasanya jika tak terucap sedetik saja dari bibir ini rasa syukur yang mendalam kepada-Nya. Alhamdulillah..
Salawat serta salam takzim semoga juga terus mengalir, terus terucap dari bibir ini, umat yang sangat ingin diberi syafaat kelak di yaumil akhir-Nya nanti, umat yang selalu mengaharap perjumpaan dengannya, kepada junjungan umat islam seluruh dunia, Rasulullah SAW, lelaki sempurna pilihan Allah, Rasul terakhir yang berhasil membawa Islam dari masa kegelapan ke masa terang benderang.. Allahummashalli wa sallim alaa’ Muhammad..
Sungguh, tak ada alasan bagiku untuk tidak mensyukuri kehidupan ini.
termasuk, mensyukuri adanya wanita-wanita hebat disekelilingku. Ya. Sahabat-sahabatku.

Ini kisahku. Kisah kita. Aku dengan mereka. Aku, dan Sahabat-sahabatku..
Bahagia rasanya mendapati kenyataan kami semua bisa melanjutkan pendidikan kami ke jenjang yang lebih tinggi. Yang menandakan, kian dekat jarak antara kami dengan impian. Memang ada dari kami yang tertunda kesuksesannya.  Ter-tun-da. Hanya masalah waktu saja. Bukan jadi masalah kan jika akhirnya mereka akan merasakan manisnya kesuksesan, nanti. Bukan sekarang.  Karena kesuksesan seseorang tak mungkin tertukar. Semoga Allah memudahkan jalan mereka, amiin..

Semua sibuk mengurus pendidikan masing-masing. Menandakan sebuah perpisahan menuju kedewasaan menghampiri persahabatan ini. Semua berbicara kesuksesan. Hingga, sampailah pada hari dimana kita saling berkirim salam semangat, yang menandakan tak akan ada perjumpaan lagi dalam waktu dekat. Dan, semua tenggelam pada kehidupan masing-masing..
Singkat cerita, 6 bulan berlalu. Waktu yang tidak singkat untuk kami yang pertama kali menjalani pendidikan di Universitas yang berbeda-beda. Sekarang, tibalah waktunya kami menepati janji yang pernah kami ukir 6 bulan yang lalu. Bertemu di salah satu rumah dari kami untuk sekadar melepas rindu yang membuncah hati selama 6 bulan terakhir sudah menjadi bayangan kami..
Kamis, 2 Februari 201* menjadi hari yang spesial untuk setiap jiwa muda ini. Walau tak datang secara bersamaan -karena pastinya budaya ngaret yang kami punya-, tapi tak menyurutkan kebahagian kami hari itu. Subhanallah, hanya terpisah sekitar 6 bulan, ya, 6 b-u-l-a-n, tapi rasanya kami sudah tidak berjumpa sekian tahun. Berlebihan kah saya? pasti. Tapi mau bagaimana lagi. Rindu sekali hati ini kepada mereka, sahabat-sahabat hebatku…

Mereka tidak berubah.. sama sekali tidak berubah. Tetap ceria, tetap penuh canda, dan tetap.. membuat hati ini Bahagia. Hari itu riuh sekali rasanya. Semua bergantian ingin menceritakan pengalaman pertama berkuliah mereka. Layaknya anak-anak yang mengantri ingin mendapatkan permen. Layaknya waktu berputar begitu cepat. Layaknya kita tidak ingin sedetik berlalu tanpa riuhan. Sungguh semua bersemangat. Semua bahagia. Tidak. Ternyata tidak semua. Ada satu di antara kami yang sedih. Ya, s-e-d-i-h. Aku. Haha. Aku ?. huh. Entah mengapa dadaku tiba-tiba terasa sesak. Bukan. Bukan karena aku memiliki penyakit jantung. Ini bukan jantung, kawan. Seperti ada aliran udara yang mencekat dadaku. Entah mengapa perasaan dingin (baca: haru)  tiba-tiba saja menghampiriku. Perasaan tidak ingin berpisah, tidak ingin kehilangan, tidak ingin jauh dari mereka menyapaku dengan keras.
Mereka tertawa, tapi hatiku bersedih. Mereka bercanda, tapi hatiku meronta. Inikah klimaks kerinduanku pada mereka ? haruskah aku sekonyol ini? Menghiasi wajah dengan derai tawa karena kelucuan tingkah mereka, tapi sebenarnya hati ini sedih, sedih sekali karena memikirkan waktu perjumpaan ini hanya sesaat. Sesaat yang akan diakhiri dengan perpisahan, kembali.
Ya Allah, inikah sejatinya makna persahabatan ?
Kau jumpakan kami, lalu Kau pisahkan kami dengan KuasaMu
Inikah sejatinya makna persahabatan ?
Akan terasa begitu berharga, ketika kita saling berpisah
Dan, akan terasa bahagia ketika saling berjumpa
Inikah sejatinya makna persahabatan ?
Yang karena derai tawa mereka, bias menjadi derai air mataku
Seberlebihan itukah makna persahabatan ?
Entahlah..
Yang ku tahu, mereka membuatku tersadar
Dengan perpisahan, memperkuat pertemanan ini.
Dengan perjumpaan, mempermanis persahabatan ini.
Sejatinya aku mencintai mereka!
Siapa peduli tanggapan mereka
Karena kenyataannya persahabatan hanya ingin selalu  memberi, tanpa harus ditanggapi
…..

Satu makna indah yang ku dapat dari perjumpaan (kembali) singkat saat itu, bahwa persahabatan sejati memang benar-benar sudah Allah berikan padaku. Pada K-I-T-A. Kini manisnya persahabatan sudah ku genggam,  dan akan selalu ku rasa. Setidaknya, kisah-kisah indah persahabatanku ini akan menjadi sebuah cerita berantai bahagia yang akan ku bagi pada anak-anak ku kelak.

Kini, biarkan alam menyeleksikan kembali sahabat-sahabat baru untuk ku.. bukan berarti mereka tergantikan. Mereka tetap tersimpan disini. Bukan, bukan di jantung, kawan. Di sini. Di tempat yang cinta selalu senang untuk sekadar datang silih berganti.

Akhirnya aku mengerti, ini baru permulaan. Sebuah perpisahan-petemuan-perpisahan akan slih berganti mewarnai waktu yang berlalu. Yang ku paham, persahabatan terasa manis dengan adanya perpisahan. Karena, hanya perpisahan yang dapat mengeluarkan air mata tulus kasih sayang..
Selamat menjalani kehidupan dewasa - yang kata sebagian orang akan lebih menyiksa dibanding dengan masa ABeGe dulu-. Tak ada haru lagi di dada ini, karena ikhlas akan selalu menghampiri, insyaAllah.

Doaku : Rabb-ku, mereka wanita hebat, kau hadirkan aku ditengah mereka agar aku bisa terlatih menjadi hebat, mudahkan, lapangkan, ringankan segala kesulitan dan beban yang silih berganti (akan selalu) menghampiri mereka. Karena sejatinya, tak akan ada beban jika tak ada pundak.. biarkan aku jadi pundak tambahan mereka, sehingga diri ini bisa sekadar bermanfaat bagi mereka, untuk berbagi beban.

“Semoga, kalian semua bukan hanya menjadi sahabat-sahabat Hebat-ku, tapi juga menjadi sahabat-sahabat Sholeha-ku..” amiin.

#Terima kasih atas semuanya. Mohon maaf atas segalanya..
 

-nadya




1 komentar:

  1. aduh terharu nih aku shofii hehehe
    semangaatt!

    -devon-

    BalasHapus

Powered By Blogger