Selasa, 26 Februari 2019

ALIF

Alif namanya.
Berdiam, duduk menepi.
saat detik bergerak maju, saat raga terdiam bisu.
saat mata terpejam, saat pikiran menari; berlari.
Ada usik dibalik puji. Ada gelisah yg bernanah.
Lewat tatap banyak mata, Alif tampak sempurna.
Lewat ucap banyak doa, Alif mengemis penuh alpa.
Sirkus kehidupan; penuh tepuk tangan.
Padahal semua karena Tuhan yang tutup kekurangan.
Tuhan sang Maha Pengasih; disakiti beribu kali, mengampuni berjuta kali. Bahkan lebih.
Menutup cacat rupa hambaNya dengan rapat, Alif yang penuh puji malu sendiri. Malu sekali.
.
Alif namanya.
Berdiam, duduk menepi.
Merapihkan pikiran yg berserakan.
Menatap ujung jalan yang samar.
Siapa yang menemani?

Rabu, 13 Februari 2019

Malaysia, I'm in Love.

Mengawali tahun 2019 ini ada yang unik dari saya. Iya. Sesuai judul. Saya seperti sedang /keranjingan/ Malaysia. Pure Malaysia as a country. Saya demam musiknya, logatnya, bahasanya, makanan2nya, sejarahnya, pemerintahanya, beberapa tokohnya, hingga dramanya! Haha.
Mungkin belum bisa dibilang 'Malaysia fever' juga karena tidak yang sampai freak gitu, kaya misal, koreanista di luar sana, ups. Tapi, bagi saya yang bukan tipikal mudah "jatuh hati", ini sudah membuat takjub sendiri karena sampai observe anything bout Malaysia di inet, mulai dari artikel, youtube, socmed macem instagram pulak. Gilak sih ini mah.

The big question of WHY.
Kenapa Malaysia?
Hal yang membuat saya tertarik adalah karena personality mereka. Memiliki aksen bicara yang menyenangkan, campur-campur melayu-inggris (siapa yang menjajah dulu berpengaruh sekali memang), juga kebangkitan pemerintahanya yang sekarang sedang menjadi salah satu sorotan dunia juga. Terlebih, pemerintahan mereka mencintai Palestine, and they show off their support (disuarakan oleh PM Tun M di beberapa video yang juga viral, beberapa kebijakan juga dilakukan), bukan NATO (no action talk only. Ups), itu menambah nilai jatuh cinta saya dengan Malaysia semakin bertambah.
Aroma kebangkitan mereka juga kerasa betul kalau saya surfing media berita mereka. /yaya, ga valid emang cuma menilai lewat media, online pulak. Selain itu, Bahasa. 2 minggu kurang saya ikuti drama mereka and guess what? pandailah sy cakap melayu, senang je. Haha. Betapa jatuh hatinya saya.

NKRI HARGA MATI.
Jatuh hati dengan Malaysia bukan berarti mengurangi rasa cinta NKRI. Apadeh ga banget lah kaya gitu.
Dan tulisan ini juga bukan tentang membandingkan NKRI tercintah ini dengan negara yang bahkan masih gedean pulau jawa dibanding mereka. Not compare laah.
Indonesia-Malaysia merupakan negara se-Nusantara yang memiliki banyak kesamaan, yang harapannya bisa saling mengambil nilai baik satu sama lainnya.
Juga, semoga, Indonesia pun bisa mengalami 'kebangkitan' seperti yang sudah diperjuangkan oleh negara sahabat itu. aamiin.

Oke, saya akan terus mengikuti perkembangan si negara tetangga. Entah sampai kapan. Semoga next bisa berkesempatan lagi kesana. Mungkin sama kamu. Eh.

.
Tepi kasur,
17.08
nad.
Powered By Blogger