Rabu, 08 Januari 2020

APRESIASI SEDERHANA

Kepada aku yang masih berjuang. Selamaaaat!
Atas berbagai jerih payahmu untuk tetap bertahan, walau menyerah selalu menawarkan diri secara cuma;
atas kecewamu yang selalu mengalah, namun kau pilih untuk tidak diruangkan;
atas diammu yang selalu kau prioritaskan, demi tak ada perdebatan, padahal suara dalam hati tak jarang bergemuruh menggedor ingin keluar.
Hinga akhirnya semua menguap pada dinding-dinding ratap.
.
Apresiasi sederhana ingin ku sampaikan kepada, Aku.
yang selalu berhasil memutar tanya lawan bicara, sehingga topik obrolan selalu tentang mereka.
yang selalu berhasil menjadi ekstrovert dikala ramai, padahal 180 derajat berubah introvert sedetikku tutup pintu rumah.
yang sebenarnya tak pandai menjadi centre of attention, tapi harus selalu berpayah melawan rasa malu demi tuntutan peran.
Hingga semua itu menjadi paradoks yang akupun menikmati.
..
Terimakasih ya Aku, sudah selalu bertahan atas banyak rasa yang terpendam. Kalau mereka bernyawa, mungkin pikiran dan hatiku adalah pemenang kontestasi pemeran utama, yg beradu peran dalam berbagai kisah serial drama. Siapa penontonnya? ya aku. Karena terlalu mahal jika harus dilayarkan.
.
Tetaplah bergerak wahai aku, dan terus bertahan walau tak mampu. Selalu ingat rumus Tuhan; Syukur dan Sabar.
Jadi, teruslah bergerak.
Sampai Tuhan menetapkan hentiku, dan Pulang dengan setelah sebanyak-banyaknya amal dilaku.
.
@30haribercerita
#30haribercerita
#30HBC2008

Selasa, 07 Januari 2020

KETETAPAN ALLAH SIAPA YANG TAU.

Dari dulu, menjadi pendidik adalah sebuah cita2 tersendiri. Hingga suatu hari, atas rekomendasi Ibu, sambil berkuliah S2 sy melamar sebuah SMP Negeri di Jakarta. Ibu terlihat sangat mendukung, menambah percaya diri pastinya, maka dengan bekal pengalaman dan pendidikan, sy optimis sekali mengikuti rangkaian prosesnya. Tapi entah kenapa ada sinyal "nothing to lose"; saat itu saya tak ada ekspektasi tinggi. Hingga singkat cerita, sampai di last minute proses rekruitmen kabarnya nama saya ada di salah satu daftar yg lolos (cerita ini diketahui setelah pengumuman pastinya). Malam sebelum pengumuman, nama sy terpampang nyata katanya. Namun, esok harinya, saat diumumkan.. yak, status berganti. Saya TIDAK LOLOS. Kok Bisa? Heran pasti, geleng pala apalagi. Ibu saya mencoba membesarkan hati, walau saya tau ada kekecewaan yg tersimpan. Namun, hal lain yg mengganjal adalah, belakangan diketahui ada kicauan yg menyebutkan terlalu banyak 'nama pesananan' untuk diloloskan. Yasudahlah, aku mah apa, cuma anak polos yang coba-coba peruntungan aja. Maka kisah kegagalan itupun perlahan coba diikhlaskan.
.
Purnama pun berganti, kegagalan sebelumnya lantas tak menyurutkan semangat utk menjadi pendidik. Hingga singkat cerita, maret 2018 atas izin Allah gelar MPd akhirnya didapatkan dan tak lama waktu berselang, pasca euforia wisuda, dosen pembimbing S1 tiba2 menghubungi dan memberitahukan bahwa ada rekrutmen dosen secara internal. Beruntung sekali rasanya, bukan anak dosen, apatah lagi punya sedarah yg bekerja di sana, tapi dapet informasi eksklusif. Maka sejurus kemudian langsunglah sy urus ini-itu nya. Hingga singkat cerita, melalui proses panjang akhirnya Juli 2018 saya dinyatakan Lolos dan resmi menjadi Dosen. Ma syaa Allah Tabarakallah. Belum kering air mata dan gelengan kepala atas kejadian sebelumnya, Allah ganti dengan kemudahan yang tak disangka.
.
Hikmahpun bermain; pada kisah yang awal, saya percaya diri sekali lantaran hanya sejengkal dengan keberhasilan. Tapi ternyata tidak menurut Allah. Maka gagal adalah yg terbaik.
Pada kisah setelahnya, bahkan memperkirakannya saja sy tak berani, tapi "KunFayakun"Nya tak ada yg mampu menghalangi.
.
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus [10] : 107).
.
Hikmah dipeluk setelah semua berjalan.. Tugas kita memang ikhtiar-doa-tawaqal.
----

Lanjooot!
Kerja di tempat dmn kita prnah jadi murid, dan berpartner sm "Guru" sendiri punya plus minus yg kudu diadaptasiin. Sebulan dua bulan berjalan, sy mulai mengikuti ritme kerja dosen. Sampai datanglah episode lain; Pembukaan tes CPNS.
Ga pernah ngebayangin jd PNS, mau aja ngga ehe. Walo sy tau ibu ingin skali anaknya jd PNS, tp ga pernah maksa/ngarahin, shg sy pun ga kepikiran. Tp semesta mengirim orang2 yg mensugesti sy utk ikutan. Semakin orang tua mengulur tanpa paksa, semakin kenceng kehendak semesta. Canggih memang ridhonya orangtua. Atas rekomendasi pimpinan sy waktu itu, daftarlah saya. "Gpp nad, coba aja, berhasil Alhamdulillah gagal ya gppa." Well, ga expect bnyak. "Setidaknya utk menggugurkan kewajiban" pikir sy. Hingga sampai tahap hasil tes pertama, nilai sy kurang 1poin. Well, ga lulus bos! Ada rasa 'nyessss', tapi yha gmn, blm rezeki kan? Sedihnya itu pas ortu tau kl ga lolos. Aduh, sy yakin kalian tau rasanya ktika ngeliat ortu kecewa. Nyeees bos! But again, rezeki bnr2 bukan kita yg atur. Selang sebulan stlah mencoba move on&ga sedih2an, skenario' berganti, saat ada pengumuman bhwa skoring tes tahap 1 di revisi dgn standar diturunin dan pd formasi tmpat sy daftar di ambil 3 besar. Takjub bukan main ktika iseng buka pengumumannya dan ada nama saya yang dinyatakan LOLOS diperingkat 2. dan singkat cerita hingga sampai tahap akhir.... here i am, si alumni teknik yg Alhamdulillah jadi dosen (C)PNS di Fakultas Ekonomi UNJ. Masya Allah Tabarakallah.
.
Spanjang ikhtiar sy berasa dihujani kebaikan dan kemudahan. Ada aja pertolongan2 yg bahkan ga ada dlm lintasan pikiran.
Sayapun mencari sebab atas apa yg terjadi, dan benar saja, rahasianya adlh narasi doa orang tua, Ibu apalagi, ketika sama dgn apa yg sdg diperjuangkan, dan... Booom! Lancar kaya jalan tol. Sy nya mah gada apa2nya. Tapi restu orang tua yg melangit yg menggentarkan ArsyNya shg ikhtiar yg dijalani dihujani dgn berbagai kemudahan.
.
Atas apa2 yg kita ingin raih, kuncinya ada pd ridho orang tua.
Maka, silahkan kembali ke rumah, temui mak bapak, pastikan apa2 yg sdg kita ikhtiarkan senada dengan apa yg mereka doakan, krn ridhollahu fii ridho walidayn.
.
Semangat berjuang utk kita yg sdg memperjuangkan apapun itu. Jgn lupa minta restu orang tua ya ;)
.
@30haribercerita
#30haribercerita
#30HBC2004
@30haribercerita
#30HBC2003
#30haribercerita 

Kamis, 02 Januari 2020

ANAK DAN GADGET

20 tahun-an silam, saya sudah mulai diakrabkan dengan komputer. Berbagai cerita dongen seperti pinokio, seruling tikus, dan lainnya, saya ketik ulang dengan notepad. Rajin banget? oh tentu tidak, pastinya atas suruhan ibu bapak saya saat itu. Menurut mereka, itu cara yang pas untuk mengisi waktu si anak yg belum bisa sekolah (karena usia); hitung2, juga sebagai bentuk pembelajaran.
Benar saja, tanpa disadari, saya jadi belajar mengoperasikan komputer, menyusun huruf menjadi kata, memperlancar kemampuan membaca dan kecakapan mengetik dua jari. Mungkin itu sebabnya sy kuliah komputer pada akhirnya. (Wah.. ternyata sudah diarahkan dari kecil. Hebat juga orang tua
W.)..Walau disisi lain, karena paparan radiasi komputer yang akrab sejak usia dini tersebut berakibat pada mata yang di 4-5 tahun setelahnya butuh dipertajam dengan kaca mata.
.
Fenomena 20 tahun kemudian, hari ini, bahkan usia 3 tahun sudah tau harus ngapain kalau gadget milik Ibunya terkunci otomatis. Handphone berjarak kurang dari 10 senti dengan ditatap si anak sambil tiduran sudah menjadi hal yang biasa aja bagi si orang tua. Pastinya si anak bukan sedang mengisi waktu karena belum sekolah -pan emang belum waktunya- tapi bisa jadi dalam rangka mengalihkan fokus si anak agar si Orang Tua bisa mengerjakan hal lain; atau utk beberapa kasus saya melihat gadget diberikan ke anak untuk meredam emosi mereka.
Saya belum punya anak, pastinya tidak tahu seberapa gadget mampu menolong para Orang Tua dalam beraktivitas. Tapi, hemat saya, yang ga hemat2 amat ini, rasanya tak mungkin kalau penggunaan gadget sedini itu tidak mengakibatkan dampak yang fatal (dgn berkaca dr pengalaman).
.
Melihat kejadian yg saya alami, sampai hari ini minus di mata kanan dan kiri saya selalu bertambah, walau Alhamdulillah penambahannya tidak signifikan; yha emang males rutin kontrol aja ehe - maka sangat mungkin mata mereka akan cepat lelah lebih awal, beberapa malah ada yg kasusnya mata si anak merah seperti sakit mata. Selain itu, bagi si anak yang rutin bermain gadget sangat mungkin juga terpengaruhi kemampuan interaksi sosialnya, pertumbuhan motoriknya, bahkan perkembangan kecerdasannya.
Sayangnya, saya bukan ahli kesehatan maka sulit untuk menelisik lebih dalam. Juga bukan ahli psikologi yang bisa justifikasi pola perkembangan anak. Hanya saja, sebagai calon Ibu yang belum tau kapan punya si calon Anak, kepikiran aja, gimana cara untuk bisa menyiasati perkembangan teknologi dengan tetap tidak mengganggu pola perkembangannya.
Wah, harus lebih sering lagi ikut kajian parenting nih. Dah lah gitu aja. Cerita #Day02 cuma pengen menarasikan sedikit kegelisahan terkait fenomena anak dan gadget, yang pastinya banyak value positifnya juga, walau sisi negatifpun juga melekat di dalamnya.
@30haribercerita
#Day02
#30hbc
#30HBC2002

Rabu, 01 Januari 2020

MALANGNYA TAK JADI KE MALANG

Awal kisah di @30haribercerita tentang di akhir tahun 2019.
Tiket menyusul sudah terpesan. Pulang pergi, aman. Akibat terpengaruh provokasi keluarga, akhirnya menyusul menjadi pilihan. Mereka berangkat senin, saya selasa. Insya Allah. Di sisi lain, Ibu dan Bapak sudah mengirim banyak swafoto di depan welcoming batam, dan patung singa. Ga sabar nunggu rekam gambar mereka di depan Twin Tower besok di hari senin, insya Allah.
Maka hingga minggu larut, set.12 dini hari saya masih berkemas, mempersiapkan barang2 utk dibawa dihari selasa krn membayangkan besok akan sangat sibuk dgn banyaknya kegiatan di kampus. Lain cerita dengan si kakak, yg padahal berangkat senin, tapi koper saja belum dibeli. Heran.
.
Tapi semua berganti cerita.
Setelah ketokan pintu bertubi-tubi dari Kakak, rencana lain yang tak pernah kami rancang, terjadi.
Pagi itu, muazin belum mengumandangkan azan subuhnya, dengan terbata kaka berkata "Kakek-udah -ga-ada".
Pagi itu, berubah segala rencana-rencana manusia yang ga ada apa-apanya.
Malang, kami ditinggal kakek tersayang.
Segala rencana terganti dengan air mata kehilangan. Tiket-tiket yg terpesan batal. Ibu dan Bapak ubah jadwal kepulangan, walau pada akhirnya mereka tak sempat melihat wajah teduh terakhir Bapak mereka.
Hari itu, bukan kami yang berangkat, tapi Kakek yang pergi, dan tak kembali.
.
Selepas dari kubur, kami semua memandang koper yang tak jadi di bawa. Tertawa bersama, seperti menertawakan rencana manusia yang tak ada seujung kuku dari rencana sang Maha Besar.
.
Kami kini sedang berhikmah, atau masih mencari hikmah, atas semua yang terjadi.
.
Kullu nafsin żā`iqatul-maụt,
Innalillahi wa innailayhi rooji'uun,
Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu.
Semoga Kakek kami (Allahu yarham) mendapatkan terbaik di sisi Allah. aamiin.

#SemuaPastiAdaHikmahnya #30haribercerita #30HBC2001 

Senin, 03 Juni 2019

Allah Azza wa Jalla; Tuhan kita semua.

Aku cemburu,
pada kalian yang tersedu.
Bersujud lama, bergumam manja.
.
Aku cemburu,
pada kalian yang sesengguk.
Menengadah ke atas, merengek meminta.
.
Aku cemburu,
pada kalian yang terkantuk-kantuk.
Mengenggam mushaf, dengan mulut berkumat.
.
Aku cemburu,
pada kalian yang berlomba, menjadi penyalur kebaikan sedekah.
.
Aku cemburu, pada kalian yang gigih berebut perhatian Tuhan.
.
Aku cemburu; seakan Tuhan hanya milikku.

Kamis, 28 Maret 2019

SAYA(KAH) PENAMBAH ANGKA PENGANGGURAN INDONESIA (?)

(Source : Google Image)

Bismillah,
Well, menggelitik ga judulnya?
Justru, semoga bisa menyinggung kalian-kalian yang lagi duduk termenung memikirkan masa depan.

Minggu, 24 Maret 2019 pasti menjadi hari yang tidak akan pernah dilupa seumur hidup. Hari dimana rasanya ingin selalu bercermin melihat jubah kebanggan yang berhasil ditebus selama bertahun-tahun (apalagi bagi yang lulusnya telat banget nih, ups.) Hari dimana emak-bapak-kakak-adek-nenek-kakek semua memperlihatkan rasa bangganya sama kita. Hari dimana taburan bunga, boneka, coklat, selempang, dan macam rupa lainnya menjadi hadiah spesial dari rekan sejawat, kakak tingkat, adik tingkat, siapapun yang mengaku sayang pada kita. Hari dimana (akhirnyaaa) bisa tersenyum lebar kepada dosen-dosen yang selama ini mem­push tanpa henti agar segera menyelesaikan skripsi. Hari yang.... B-a-h-a-g-i-a!

Eiit. Tapi ternyata, euforia wisuda tak panjang Bung!
Ia hanya bertahan sehari, dua hari. Kalaupun lebih lama, ia ramai di maya. Semu bung!
Selanjutnya, hidup berjalan normal, teman-teman yang masih berkutat dengan skripsi, yang sibuk dengan pekerjaan mengajar di sekolah atau di kantor, masing-masing melanjutkan aktivitasnya, mereka kembali larut dalam kesibukannya, meninggalkan kita sendirian yang gak tau mau ngapain.
Kalau sudah sampai di momen itu, maka saatnya Saya bilang, welcome to pasca campuss life, nak :’)

Kamu gak akan bengong-bengong sendirian, galau mau lanjut kuliah, magang, kerja, atau apapun, kalau kamu sudah create pasca kampusmu jauh-jauh tahun atau bulan. Tapi, kondisinya, berbulan-bulan kemarin kamu hanya sibuk mati-matian menyelesaikan skripsi (yang notabene pasti selesai atas izin Allah), sehingga lupa, ada masa depan yang lebih harus mati-matian direncanakan.
Well, tapi tulisan ini gak akan ngajak kamu bergalau-galau ria menyesali waktu yang sudah berlalu.
Belum terlambat jika kamu (baru) mau memutuskan setelah lulus > kamu mau kemana (?)

KAMU MAU JADI APA?
Kalau ada yang menjawab pertanyaan di atas dengan jawaban “MAU JADI ORANG YANG BERMANFAAT BAGI LINGKUNGAN”, maka saya bisa pastikan itu yang jawab anak SD. (mungkin kalo anak SD zaman sekarang lebih konkrit jawabannya seperti mau jadi avengers, sampai youtubers. ~)

Salah gak sih jawaban di atas? ENGGAK SALAH LAH. But, guys, come on!
Pahlawan-pahlawan berbaju orange (re: Petugas kebersihan) itu mereka sangat amat mulia dan sangat bermanfaat bagi lingkungan. Silahkan saja melamar di sana, saya kira tak perlu berpayah skripsi mati-matian terlebih dahulu untuk bisa gabung dengan tim mulia itu. (More info sila kunjungi https://regional.kontan.co.id/news/mau-jadi-pasukan-orange-dki-ini-caranya kali aja berminat 😉).

Tapi, kalian sudah sarjana, maka, nilai kebermanfaatannya akan sangat bisa dikalilipatkan lebih luas, baik secara kuantitas apalagi kualitas. Maka, hendak jadi apa kita di kemudian hari haruslah dilatarbelakangi dengan keilmuan kita, yang hari ini sudah certified  dengan ijazah di tangan.

Nah, pertanyaan yang selanjutnyapun muncul, dengan ijazah yang sudah di tangan, apakah saya harus segera bekerja? Kalo kerja, kerja apa? Duh, skill belum mumpuni, ilmu juga masih cetek, apa lanjut lanjut S2 aja dulu ya? Duh, uang dari mana? Pusing juga kali belajar mulu. Apa, nikah aja kali ya? Ihiw ~

Well guys, semua pilihan di atas itu baik, sangat baik. Yang ga baik itu kalo kita ga punya pilihan. Sekarang, Mari kita bedah. Ketika kita mau lanjut kerja, pastikan dulu kita sudah yakin mau kerja di bidang apa. Mau-sebagai-apa. Jangan sampai kita ga tau nilai dari ijazah kita. I mean, kita sudah menjadi lulusan S1, setidaknya jangan sekadar ngelamar-di-mana-aja-yang-penting-kerja. Huft. Ingat, jika kerja sekadar kerja, babi di hutan juga kerja. ~

Kenali potensi diri kamu, keahlian bidang kamu, lalu sasar lowongan-lowongan pekerjaan yang sesuai bidang kamu tadi. Buat CV semenarik mungkin, cantumin pengalaman-pengalaman organisasi, pelatihan-pelatihan formal maupun non formal yang relevan dengan bidang pekerjaan yang kamu tuju. Buat diri kamu itu seakan-akan “sayang untuk dilewatkan” oleh para HRD yang perusahaannya kamu lamar.

Tapi, jika kamu merasa ilmu kamu masih kurang, wawasan kamu masih butuh ditambah, dan kamu rasa pekerjaan yang mau kamu tuju itu gak cukup dengan cuma ijazah S1, maka lanjut studi adalah jawabannya. Eits, lanjut studi itu ga selamanya berarti S2, bisa juga ikut BLK (Balai Latihan Kerja), Short course, magang, PPG, yang semua itu punya “sertifikat” yang bisa menambah standar nilai kamu. Jika S2 adalah pilihan lainnya, maka kamupun harus (lagi-lagi) tau pekerjaan apa yang mau kamu tuju kelak, sehingga S2 yang kamu ambilpun haruslah relevan dengan bidang tersebut.
Berbagi cerita sedikit ya, saya, dari SMA ingin jadi dosen. Maka singkat cerita, saya breakdown strategi how to be a lecture, dan hal yang pasti paling menjadi syarat untuk menjadi dosen adalah S2, maka lulus kuliah saya langsung putuskan untuk lanjut studi. Studi di bidang apa? Sesuai yang sy tuliskan sebelumnya, yaitu telusuri potensi yang sesuai background akademik. Saya yakini bahwa potensi saya ada pada bidang pendidikan, maka sy pilih bidang studi pendidikan.
Jadi rumusnya, goal besar > bidang > teknis
Kalo balik lagi ke kisah saya di atas
Goal besarnya -> BERMNAFAAT BAGI UMAT
Bidangnya -> PENDIDIKAN
Teknisnya -> ya.. jadi DOSEN.
Harapannya, semoga dengan saya jadi dosen, tanda tangan saya bisa bermanfaat bagi mahasiswa dengan segudang aktivitas kebaikannya, penelitian saya bisa bermanfaat bagi lingkungan, materi-materi yang mengalir dari lisan saya bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi audience yang mendengar.Jadi orientasi hidup kita akhirat, tapi tetap dengan dunia yang juga gak ketinggalan. Ma syaa Allaah.. Laa hawla wa laa kuwwata illah billah. 

Sssst. Rahasia nih.
Untuk yang mau lanjut S2 tapi bingung sama biaya. Saya punya rahasia, yang ini ASLI banget dialamin sama saya dan orang-orang di sekitar saya. Apa itu? Komunikasikan niat baik kamu yang mau S2 ke orang tua, lalu minta-ridho-mereka. Minta ridho yang tulus ikhlas dari orang tua. Selebihnya gausah khawatir ga ada biaya, insya Allah kamu S2 dengan ridho orang tua yang sudah kamu kantongi. Selanjutnya, teteplah ikhtiar (jangan juga cuma duduk manis di rumah aja lhoh ya). Ikhtiar cari beasiswa, ikhtiar maksimal gausah ngeluh gausah khawatir. Ikhtiar ini sebagai bentuk ibadah kita kpd Allah. Perkara hasil? Allah yang atur. Kalau orang tua ridho, insya Allah kamu berangkat! S2 dalam negeri bahkan luar negeri. Karena yang berangkatin kita itu Allah, bukan beasiswa, Bukan! karena ia tak lebih hanya sbg perantara saja, bukan PENENTU S2 atau enggaknya kita. Ingat, ridho Allah itu ada pada ridho orang tua. Rumusnya, YAKIN! Insya Allah, Allah yang berangkatin lewat manapun caranya.


SETIAP ORANG PUNYA MASANYA MASING-MASING. PUNYA ZONA WAKTUNYA MASING-MASING.
Menuju akhir tulisan, saya perlu ingatkan bahwa kita semua itu punya zona waktu masing-masing. Sekalipun kembar identik, sangat mungkin sekali fase keberhasilannya tidak berbarengan. Apalagi dia yang kita iri-in, sedarah aja enggak, apa lagi se daging (apasih). Pastilah takdir hidup masing-masing kita berbeda. Jadi, jangan pernah jadikan keberhasilan orang menjadi tolak ukur keberhasilan kita. Salah besar jika kamu berpikir demikian. Setiap pahlawan punya masanya masing-masing, dan setiap masa ada pahlawannya masing-masing. Gak usah gundah gulana sama keberhasilan orang lain, tapi gundah gulana resah gelisahlah kalau kita ga memulai untuk menjemput keberhasilan kita sendiri
(Dan, tambahan nih, mau lanjut KERJA, S2, atau bahkan berWIRAUSAHA, pilihlah sesuai dgn passion kamu. KEBERHASILAN akan mudah diraih kalo kita jalanin apa yang kita cintai. ❤)

Mau jadi apapun kamu, kita, pastikan berangkat dari niat “Beribadah kepada Allah. Bergerak bermanfaat karena Allah”. Karena, rugi banget kalau capek-capek kita bekerja, pusing-pusing kita belajar, tapi itu ga dinilai ibadah di sisi Allah. Padahal, belajar dan bekerja itu masuk dalam kategori amal kebaikan yang kalau kita “gugur” di jalan itu, maka syahid statusnya. Ma syaa Allah.

Last but not least, saya tutup dengan sebuah hadits pamungkas yang semoga selalu menjadi tazkiroh bagi kita semua.
“Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, sehingga ditanyakan tentang 4 perkara:
Pertama, tentang umurnya dihabiskan untuk apa.
Kedua, tentang ilmunya diamalkan atau tidak.
Ketiga, Tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan.
Keempat, tentang tubuhnya, capek / lelahnya untuk apa.”

(HR Imam At-Tirmidzi dalam Sunan-nya dan Tirmidzi rahimahullahmengatakan hadits ini hasan shahih. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ad-Darimi rahimahullah di dalam Sunan-nya, dan lainnya. Ada juga diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam kitabnya, Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah.)

EPILOG
Selamat mendalami diri sendiri untuk menentukan pilihan hidup yang ada di depan mata. Terakhir, jika sudah galau banget, maka istikhorohlah, minta petunjuk Allah. Pamungkas banget dah langkah itu.
Apapun pilihanya, pastikan itu bisa mengantarkan kita ke JannahNya ya. Aamiin.

Well, Thats all. Mohon maaf lahir dan batin jika ada kata dalam tulisan di atas yang kurang berkenan, dan terimakasih karena sudah mau membaca tulisan panjang yang mungkin faedahnya hanya sedikit.
Segala nasihat di atas ditujukan untuk saya yang juga masih butuh dinasihati dan dimotivasi.

Sekian,
Salam semagat-bergerak-bermanfaat dari BuNad, si Dosen (muda) UNJ yang baru memulai merintis karir. Mohon doanya ya. 😊

Selasa, 26 Februari 2019

ALIF

Alif namanya.
Berdiam, duduk menepi.
saat detik bergerak maju, saat raga terdiam bisu.
saat mata terpejam, saat pikiran menari; berlari.
Ada usik dibalik puji. Ada gelisah yg bernanah.
Lewat tatap banyak mata, Alif tampak sempurna.
Lewat ucap banyak doa, Alif mengemis penuh alpa.
Sirkus kehidupan; penuh tepuk tangan.
Padahal semua karena Tuhan yang tutup kekurangan.
Tuhan sang Maha Pengasih; disakiti beribu kali, mengampuni berjuta kali. Bahkan lebih.
Menutup cacat rupa hambaNya dengan rapat, Alif yang penuh puji malu sendiri. Malu sekali.
.
Alif namanya.
Berdiam, duduk menepi.
Merapihkan pikiran yg berserakan.
Menatap ujung jalan yang samar.
Siapa yang menemani?

Powered By Blogger