Rabu, 08 Januari 2020

APRESIASI SEDERHANA

Kepada aku yang masih berjuang. Selamaaaat!
Atas berbagai jerih payahmu untuk tetap bertahan, walau menyerah selalu menawarkan diri secara cuma;
atas kecewamu yang selalu mengalah, namun kau pilih untuk tidak diruangkan;
atas diammu yang selalu kau prioritaskan, demi tak ada perdebatan, padahal suara dalam hati tak jarang bergemuruh menggedor ingin keluar.
Hinga akhirnya semua menguap pada dinding-dinding ratap.
.
Apresiasi sederhana ingin ku sampaikan kepada, Aku.
yang selalu berhasil memutar tanya lawan bicara, sehingga topik obrolan selalu tentang mereka.
yang selalu berhasil menjadi ekstrovert dikala ramai, padahal 180 derajat berubah introvert sedetikku tutup pintu rumah.
yang sebenarnya tak pandai menjadi centre of attention, tapi harus selalu berpayah melawan rasa malu demi tuntutan peran.
Hingga semua itu menjadi paradoks yang akupun menikmati.
..
Terimakasih ya Aku, sudah selalu bertahan atas banyak rasa yang terpendam. Kalau mereka bernyawa, mungkin pikiran dan hatiku adalah pemenang kontestasi pemeran utama, yg beradu peran dalam berbagai kisah serial drama. Siapa penontonnya? ya aku. Karena terlalu mahal jika harus dilayarkan.
.
Tetaplah bergerak wahai aku, dan terus bertahan walau tak mampu. Selalu ingat rumus Tuhan; Syukur dan Sabar.
Jadi, teruslah bergerak.
Sampai Tuhan menetapkan hentiku, dan Pulang dengan setelah sebanyak-banyaknya amal dilaku.
.
@30haribercerita
#30haribercerita
#30HBC2008

Selasa, 07 Januari 2020

KETETAPAN ALLAH SIAPA YANG TAU.

Dari dulu, menjadi pendidik adalah sebuah cita2 tersendiri. Hingga suatu hari, atas rekomendasi Ibu, sambil berkuliah S2 sy melamar sebuah SMP Negeri di Jakarta. Ibu terlihat sangat mendukung, menambah percaya diri pastinya, maka dengan bekal pengalaman dan pendidikan, sy optimis sekali mengikuti rangkaian prosesnya. Tapi entah kenapa ada sinyal "nothing to lose"; saat itu saya tak ada ekspektasi tinggi. Hingga singkat cerita, sampai di last minute proses rekruitmen kabarnya nama saya ada di salah satu daftar yg lolos (cerita ini diketahui setelah pengumuman pastinya). Malam sebelum pengumuman, nama sy terpampang nyata katanya. Namun, esok harinya, saat diumumkan.. yak, status berganti. Saya TIDAK LOLOS. Kok Bisa? Heran pasti, geleng pala apalagi. Ibu saya mencoba membesarkan hati, walau saya tau ada kekecewaan yg tersimpan. Namun, hal lain yg mengganjal adalah, belakangan diketahui ada kicauan yg menyebutkan terlalu banyak 'nama pesananan' untuk diloloskan. Yasudahlah, aku mah apa, cuma anak polos yang coba-coba peruntungan aja. Maka kisah kegagalan itupun perlahan coba diikhlaskan.
.
Purnama pun berganti, kegagalan sebelumnya lantas tak menyurutkan semangat utk menjadi pendidik. Hingga singkat cerita, maret 2018 atas izin Allah gelar MPd akhirnya didapatkan dan tak lama waktu berselang, pasca euforia wisuda, dosen pembimbing S1 tiba2 menghubungi dan memberitahukan bahwa ada rekrutmen dosen secara internal. Beruntung sekali rasanya, bukan anak dosen, apatah lagi punya sedarah yg bekerja di sana, tapi dapet informasi eksklusif. Maka sejurus kemudian langsunglah sy urus ini-itu nya. Hingga singkat cerita, melalui proses panjang akhirnya Juli 2018 saya dinyatakan Lolos dan resmi menjadi Dosen. Ma syaa Allah Tabarakallah. Belum kering air mata dan gelengan kepala atas kejadian sebelumnya, Allah ganti dengan kemudahan yang tak disangka.
.
Hikmahpun bermain; pada kisah yang awal, saya percaya diri sekali lantaran hanya sejengkal dengan keberhasilan. Tapi ternyata tidak menurut Allah. Maka gagal adalah yg terbaik.
Pada kisah setelahnya, bahkan memperkirakannya saja sy tak berani, tapi "KunFayakun"Nya tak ada yg mampu menghalangi.
.
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus [10] : 107).
.
Hikmah dipeluk setelah semua berjalan.. Tugas kita memang ikhtiar-doa-tawaqal.
----

Lanjooot!
Kerja di tempat dmn kita prnah jadi murid, dan berpartner sm "Guru" sendiri punya plus minus yg kudu diadaptasiin. Sebulan dua bulan berjalan, sy mulai mengikuti ritme kerja dosen. Sampai datanglah episode lain; Pembukaan tes CPNS.
Ga pernah ngebayangin jd PNS, mau aja ngga ehe. Walo sy tau ibu ingin skali anaknya jd PNS, tp ga pernah maksa/ngarahin, shg sy pun ga kepikiran. Tp semesta mengirim orang2 yg mensugesti sy utk ikutan. Semakin orang tua mengulur tanpa paksa, semakin kenceng kehendak semesta. Canggih memang ridhonya orangtua. Atas rekomendasi pimpinan sy waktu itu, daftarlah saya. "Gpp nad, coba aja, berhasil Alhamdulillah gagal ya gppa." Well, ga expect bnyak. "Setidaknya utk menggugurkan kewajiban" pikir sy. Hingga sampai tahap hasil tes pertama, nilai sy kurang 1poin. Well, ga lulus bos! Ada rasa 'nyessss', tapi yha gmn, blm rezeki kan? Sedihnya itu pas ortu tau kl ga lolos. Aduh, sy yakin kalian tau rasanya ktika ngeliat ortu kecewa. Nyeees bos! But again, rezeki bnr2 bukan kita yg atur. Selang sebulan stlah mencoba move on&ga sedih2an, skenario' berganti, saat ada pengumuman bhwa skoring tes tahap 1 di revisi dgn standar diturunin dan pd formasi tmpat sy daftar di ambil 3 besar. Takjub bukan main ktika iseng buka pengumumannya dan ada nama saya yang dinyatakan LOLOS diperingkat 2. dan singkat cerita hingga sampai tahap akhir.... here i am, si alumni teknik yg Alhamdulillah jadi dosen (C)PNS di Fakultas Ekonomi UNJ. Masya Allah Tabarakallah.
.
Spanjang ikhtiar sy berasa dihujani kebaikan dan kemudahan. Ada aja pertolongan2 yg bahkan ga ada dlm lintasan pikiran.
Sayapun mencari sebab atas apa yg terjadi, dan benar saja, rahasianya adlh narasi doa orang tua, Ibu apalagi, ketika sama dgn apa yg sdg diperjuangkan, dan... Booom! Lancar kaya jalan tol. Sy nya mah gada apa2nya. Tapi restu orang tua yg melangit yg menggentarkan ArsyNya shg ikhtiar yg dijalani dihujani dgn berbagai kemudahan.
.
Atas apa2 yg kita ingin raih, kuncinya ada pd ridho orang tua.
Maka, silahkan kembali ke rumah, temui mak bapak, pastikan apa2 yg sdg kita ikhtiarkan senada dengan apa yg mereka doakan, krn ridhollahu fii ridho walidayn.
.
Semangat berjuang utk kita yg sdg memperjuangkan apapun itu. Jgn lupa minta restu orang tua ya ;)
.
@30haribercerita
#30haribercerita
#30HBC2004
@30haribercerita
#30HBC2003
#30haribercerita 

Kamis, 02 Januari 2020

ANAK DAN GADGET

20 tahun-an silam, saya sudah mulai diakrabkan dengan komputer. Berbagai cerita dongen seperti pinokio, seruling tikus, dan lainnya, saya ketik ulang dengan notepad. Rajin banget? oh tentu tidak, pastinya atas suruhan ibu bapak saya saat itu. Menurut mereka, itu cara yang pas untuk mengisi waktu si anak yg belum bisa sekolah (karena usia); hitung2, juga sebagai bentuk pembelajaran.
Benar saja, tanpa disadari, saya jadi belajar mengoperasikan komputer, menyusun huruf menjadi kata, memperlancar kemampuan membaca dan kecakapan mengetik dua jari. Mungkin itu sebabnya sy kuliah komputer pada akhirnya. (Wah.. ternyata sudah diarahkan dari kecil. Hebat juga orang tua
W.)..Walau disisi lain, karena paparan radiasi komputer yang akrab sejak usia dini tersebut berakibat pada mata yang di 4-5 tahun setelahnya butuh dipertajam dengan kaca mata.
.
Fenomena 20 tahun kemudian, hari ini, bahkan usia 3 tahun sudah tau harus ngapain kalau gadget milik Ibunya terkunci otomatis. Handphone berjarak kurang dari 10 senti dengan ditatap si anak sambil tiduran sudah menjadi hal yang biasa aja bagi si orang tua. Pastinya si anak bukan sedang mengisi waktu karena belum sekolah -pan emang belum waktunya- tapi bisa jadi dalam rangka mengalihkan fokus si anak agar si Orang Tua bisa mengerjakan hal lain; atau utk beberapa kasus saya melihat gadget diberikan ke anak untuk meredam emosi mereka.
Saya belum punya anak, pastinya tidak tahu seberapa gadget mampu menolong para Orang Tua dalam beraktivitas. Tapi, hemat saya, yang ga hemat2 amat ini, rasanya tak mungkin kalau penggunaan gadget sedini itu tidak mengakibatkan dampak yang fatal (dgn berkaca dr pengalaman).
.
Melihat kejadian yg saya alami, sampai hari ini minus di mata kanan dan kiri saya selalu bertambah, walau Alhamdulillah penambahannya tidak signifikan; yha emang males rutin kontrol aja ehe - maka sangat mungkin mata mereka akan cepat lelah lebih awal, beberapa malah ada yg kasusnya mata si anak merah seperti sakit mata. Selain itu, bagi si anak yang rutin bermain gadget sangat mungkin juga terpengaruhi kemampuan interaksi sosialnya, pertumbuhan motoriknya, bahkan perkembangan kecerdasannya.
Sayangnya, saya bukan ahli kesehatan maka sulit untuk menelisik lebih dalam. Juga bukan ahli psikologi yang bisa justifikasi pola perkembangan anak. Hanya saja, sebagai calon Ibu yang belum tau kapan punya si calon Anak, kepikiran aja, gimana cara untuk bisa menyiasati perkembangan teknologi dengan tetap tidak mengganggu pola perkembangannya.
Wah, harus lebih sering lagi ikut kajian parenting nih. Dah lah gitu aja. Cerita #Day02 cuma pengen menarasikan sedikit kegelisahan terkait fenomena anak dan gadget, yang pastinya banyak value positifnya juga, walau sisi negatifpun juga melekat di dalamnya.
@30haribercerita
#Day02
#30hbc
#30HBC2002

Rabu, 01 Januari 2020

MALANGNYA TAK JADI KE MALANG

Awal kisah di @30haribercerita tentang di akhir tahun 2019.
Tiket menyusul sudah terpesan. Pulang pergi, aman. Akibat terpengaruh provokasi keluarga, akhirnya menyusul menjadi pilihan. Mereka berangkat senin, saya selasa. Insya Allah. Di sisi lain, Ibu dan Bapak sudah mengirim banyak swafoto di depan welcoming batam, dan patung singa. Ga sabar nunggu rekam gambar mereka di depan Twin Tower besok di hari senin, insya Allah.
Maka hingga minggu larut, set.12 dini hari saya masih berkemas, mempersiapkan barang2 utk dibawa dihari selasa krn membayangkan besok akan sangat sibuk dgn banyaknya kegiatan di kampus. Lain cerita dengan si kakak, yg padahal berangkat senin, tapi koper saja belum dibeli. Heran.
.
Tapi semua berganti cerita.
Setelah ketokan pintu bertubi-tubi dari Kakak, rencana lain yang tak pernah kami rancang, terjadi.
Pagi itu, muazin belum mengumandangkan azan subuhnya, dengan terbata kaka berkata "Kakek-udah -ga-ada".
Pagi itu, berubah segala rencana-rencana manusia yang ga ada apa-apanya.
Malang, kami ditinggal kakek tersayang.
Segala rencana terganti dengan air mata kehilangan. Tiket-tiket yg terpesan batal. Ibu dan Bapak ubah jadwal kepulangan, walau pada akhirnya mereka tak sempat melihat wajah teduh terakhir Bapak mereka.
Hari itu, bukan kami yang berangkat, tapi Kakek yang pergi, dan tak kembali.
.
Selepas dari kubur, kami semua memandang koper yang tak jadi di bawa. Tertawa bersama, seperti menertawakan rencana manusia yang tak ada seujung kuku dari rencana sang Maha Besar.
.
Kami kini sedang berhikmah, atau masih mencari hikmah, atas semua yang terjadi.
.
Kullu nafsin żā`iqatul-maụt,
Innalillahi wa innailayhi rooji'uun,
Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu.
Semoga Kakek kami (Allahu yarham) mendapatkan terbaik di sisi Allah. aamiin.

#SemuaPastiAdaHikmahnya #30haribercerita #30HBC2001 
Powered By Blogger