Selasa, 07 Januari 2020

KETETAPAN ALLAH SIAPA YANG TAU.

Dari dulu, menjadi pendidik adalah sebuah cita2 tersendiri. Hingga suatu hari, atas rekomendasi Ibu, sambil berkuliah S2 sy melamar sebuah SMP Negeri di Jakarta. Ibu terlihat sangat mendukung, menambah percaya diri pastinya, maka dengan bekal pengalaman dan pendidikan, sy optimis sekali mengikuti rangkaian prosesnya. Tapi entah kenapa ada sinyal "nothing to lose"; saat itu saya tak ada ekspektasi tinggi. Hingga singkat cerita, sampai di last minute proses rekruitmen kabarnya nama saya ada di salah satu daftar yg lolos (cerita ini diketahui setelah pengumuman pastinya). Malam sebelum pengumuman, nama sy terpampang nyata katanya. Namun, esok harinya, saat diumumkan.. yak, status berganti. Saya TIDAK LOLOS. Kok Bisa? Heran pasti, geleng pala apalagi. Ibu saya mencoba membesarkan hati, walau saya tau ada kekecewaan yg tersimpan. Namun, hal lain yg mengganjal adalah, belakangan diketahui ada kicauan yg menyebutkan terlalu banyak 'nama pesananan' untuk diloloskan. Yasudahlah, aku mah apa, cuma anak polos yang coba-coba peruntungan aja. Maka kisah kegagalan itupun perlahan coba diikhlaskan.
.
Purnama pun berganti, kegagalan sebelumnya lantas tak menyurutkan semangat utk menjadi pendidik. Hingga singkat cerita, maret 2018 atas izin Allah gelar MPd akhirnya didapatkan dan tak lama waktu berselang, pasca euforia wisuda, dosen pembimbing S1 tiba2 menghubungi dan memberitahukan bahwa ada rekrutmen dosen secara internal. Beruntung sekali rasanya, bukan anak dosen, apatah lagi punya sedarah yg bekerja di sana, tapi dapet informasi eksklusif. Maka sejurus kemudian langsunglah sy urus ini-itu nya. Hingga singkat cerita, melalui proses panjang akhirnya Juli 2018 saya dinyatakan Lolos dan resmi menjadi Dosen. Ma syaa Allah Tabarakallah. Belum kering air mata dan gelengan kepala atas kejadian sebelumnya, Allah ganti dengan kemudahan yang tak disangka.
.
Hikmahpun bermain; pada kisah yang awal, saya percaya diri sekali lantaran hanya sejengkal dengan keberhasilan. Tapi ternyata tidak menurut Allah. Maka gagal adalah yg terbaik.
Pada kisah setelahnya, bahkan memperkirakannya saja sy tak berani, tapi "KunFayakun"Nya tak ada yg mampu menghalangi.
.
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus [10] : 107).
.
Hikmah dipeluk setelah semua berjalan.. Tugas kita memang ikhtiar-doa-tawaqal.
----

Lanjooot!
Kerja di tempat dmn kita prnah jadi murid, dan berpartner sm "Guru" sendiri punya plus minus yg kudu diadaptasiin. Sebulan dua bulan berjalan, sy mulai mengikuti ritme kerja dosen. Sampai datanglah episode lain; Pembukaan tes CPNS.
Ga pernah ngebayangin jd PNS, mau aja ngga ehe. Walo sy tau ibu ingin skali anaknya jd PNS, tp ga pernah maksa/ngarahin, shg sy pun ga kepikiran. Tp semesta mengirim orang2 yg mensugesti sy utk ikutan. Semakin orang tua mengulur tanpa paksa, semakin kenceng kehendak semesta. Canggih memang ridhonya orangtua. Atas rekomendasi pimpinan sy waktu itu, daftarlah saya. "Gpp nad, coba aja, berhasil Alhamdulillah gagal ya gppa." Well, ga expect bnyak. "Setidaknya utk menggugurkan kewajiban" pikir sy. Hingga sampai tahap hasil tes pertama, nilai sy kurang 1poin. Well, ga lulus bos! Ada rasa 'nyessss', tapi yha gmn, blm rezeki kan? Sedihnya itu pas ortu tau kl ga lolos. Aduh, sy yakin kalian tau rasanya ktika ngeliat ortu kecewa. Nyeees bos! But again, rezeki bnr2 bukan kita yg atur. Selang sebulan stlah mencoba move on&ga sedih2an, skenario' berganti, saat ada pengumuman bhwa skoring tes tahap 1 di revisi dgn standar diturunin dan pd formasi tmpat sy daftar di ambil 3 besar. Takjub bukan main ktika iseng buka pengumumannya dan ada nama saya yang dinyatakan LOLOS diperingkat 2. dan singkat cerita hingga sampai tahap akhir.... here i am, si alumni teknik yg Alhamdulillah jadi dosen (C)PNS di Fakultas Ekonomi UNJ. Masya Allah Tabarakallah.
.
Spanjang ikhtiar sy berasa dihujani kebaikan dan kemudahan. Ada aja pertolongan2 yg bahkan ga ada dlm lintasan pikiran.
Sayapun mencari sebab atas apa yg terjadi, dan benar saja, rahasianya adlh narasi doa orang tua, Ibu apalagi, ketika sama dgn apa yg sdg diperjuangkan, dan... Booom! Lancar kaya jalan tol. Sy nya mah gada apa2nya. Tapi restu orang tua yg melangit yg menggentarkan ArsyNya shg ikhtiar yg dijalani dihujani dgn berbagai kemudahan.
.
Atas apa2 yg kita ingin raih, kuncinya ada pd ridho orang tua.
Maka, silahkan kembali ke rumah, temui mak bapak, pastikan apa2 yg sdg kita ikhtiarkan senada dengan apa yg mereka doakan, krn ridhollahu fii ridho walidayn.
.
Semangat berjuang utk kita yg sdg memperjuangkan apapun itu. Jgn lupa minta restu orang tua ya ;)
.
@30haribercerita
#30haribercerita
#30HBC2004
@30haribercerita
#30HBC2003
#30haribercerita 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger