Kamis, 28 Maret 2019

SAYA(KAH) PENAMBAH ANGKA PENGANGGURAN INDONESIA (?)

(Source : Google Image)

Bismillah,
Well, menggelitik ga judulnya?
Justru, semoga bisa menyinggung kalian-kalian yang lagi duduk termenung memikirkan masa depan.

Minggu, 24 Maret 2019 pasti menjadi hari yang tidak akan pernah dilupa seumur hidup. Hari dimana rasanya ingin selalu bercermin melihat jubah kebanggan yang berhasil ditebus selama bertahun-tahun (apalagi bagi yang lulusnya telat banget nih, ups.) Hari dimana emak-bapak-kakak-adek-nenek-kakek semua memperlihatkan rasa bangganya sama kita. Hari dimana taburan bunga, boneka, coklat, selempang, dan macam rupa lainnya menjadi hadiah spesial dari rekan sejawat, kakak tingkat, adik tingkat, siapapun yang mengaku sayang pada kita. Hari dimana (akhirnyaaa) bisa tersenyum lebar kepada dosen-dosen yang selama ini mem­push tanpa henti agar segera menyelesaikan skripsi. Hari yang.... B-a-h-a-g-i-a!

Eiit. Tapi ternyata, euforia wisuda tak panjang Bung!
Ia hanya bertahan sehari, dua hari. Kalaupun lebih lama, ia ramai di maya. Semu bung!
Selanjutnya, hidup berjalan normal, teman-teman yang masih berkutat dengan skripsi, yang sibuk dengan pekerjaan mengajar di sekolah atau di kantor, masing-masing melanjutkan aktivitasnya, mereka kembali larut dalam kesibukannya, meninggalkan kita sendirian yang gak tau mau ngapain.
Kalau sudah sampai di momen itu, maka saatnya Saya bilang, welcome to pasca campuss life, nak :’)

Kamu gak akan bengong-bengong sendirian, galau mau lanjut kuliah, magang, kerja, atau apapun, kalau kamu sudah create pasca kampusmu jauh-jauh tahun atau bulan. Tapi, kondisinya, berbulan-bulan kemarin kamu hanya sibuk mati-matian menyelesaikan skripsi (yang notabene pasti selesai atas izin Allah), sehingga lupa, ada masa depan yang lebih harus mati-matian direncanakan.
Well, tapi tulisan ini gak akan ngajak kamu bergalau-galau ria menyesali waktu yang sudah berlalu.
Belum terlambat jika kamu (baru) mau memutuskan setelah lulus > kamu mau kemana (?)

KAMU MAU JADI APA?
Kalau ada yang menjawab pertanyaan di atas dengan jawaban “MAU JADI ORANG YANG BERMANFAAT BAGI LINGKUNGAN”, maka saya bisa pastikan itu yang jawab anak SD. (mungkin kalo anak SD zaman sekarang lebih konkrit jawabannya seperti mau jadi avengers, sampai youtubers. ~)

Salah gak sih jawaban di atas? ENGGAK SALAH LAH. But, guys, come on!
Pahlawan-pahlawan berbaju orange (re: Petugas kebersihan) itu mereka sangat amat mulia dan sangat bermanfaat bagi lingkungan. Silahkan saja melamar di sana, saya kira tak perlu berpayah skripsi mati-matian terlebih dahulu untuk bisa gabung dengan tim mulia itu. (More info sila kunjungi https://regional.kontan.co.id/news/mau-jadi-pasukan-orange-dki-ini-caranya kali aja berminat 😉).

Tapi, kalian sudah sarjana, maka, nilai kebermanfaatannya akan sangat bisa dikalilipatkan lebih luas, baik secara kuantitas apalagi kualitas. Maka, hendak jadi apa kita di kemudian hari haruslah dilatarbelakangi dengan keilmuan kita, yang hari ini sudah certified  dengan ijazah di tangan.

Nah, pertanyaan yang selanjutnyapun muncul, dengan ijazah yang sudah di tangan, apakah saya harus segera bekerja? Kalo kerja, kerja apa? Duh, skill belum mumpuni, ilmu juga masih cetek, apa lanjut lanjut S2 aja dulu ya? Duh, uang dari mana? Pusing juga kali belajar mulu. Apa, nikah aja kali ya? Ihiw ~

Well guys, semua pilihan di atas itu baik, sangat baik. Yang ga baik itu kalo kita ga punya pilihan. Sekarang, Mari kita bedah. Ketika kita mau lanjut kerja, pastikan dulu kita sudah yakin mau kerja di bidang apa. Mau-sebagai-apa. Jangan sampai kita ga tau nilai dari ijazah kita. I mean, kita sudah menjadi lulusan S1, setidaknya jangan sekadar ngelamar-di-mana-aja-yang-penting-kerja. Huft. Ingat, jika kerja sekadar kerja, babi di hutan juga kerja. ~

Kenali potensi diri kamu, keahlian bidang kamu, lalu sasar lowongan-lowongan pekerjaan yang sesuai bidang kamu tadi. Buat CV semenarik mungkin, cantumin pengalaman-pengalaman organisasi, pelatihan-pelatihan formal maupun non formal yang relevan dengan bidang pekerjaan yang kamu tuju. Buat diri kamu itu seakan-akan “sayang untuk dilewatkan” oleh para HRD yang perusahaannya kamu lamar.

Tapi, jika kamu merasa ilmu kamu masih kurang, wawasan kamu masih butuh ditambah, dan kamu rasa pekerjaan yang mau kamu tuju itu gak cukup dengan cuma ijazah S1, maka lanjut studi adalah jawabannya. Eits, lanjut studi itu ga selamanya berarti S2, bisa juga ikut BLK (Balai Latihan Kerja), Short course, magang, PPG, yang semua itu punya “sertifikat” yang bisa menambah standar nilai kamu. Jika S2 adalah pilihan lainnya, maka kamupun harus (lagi-lagi) tau pekerjaan apa yang mau kamu tuju kelak, sehingga S2 yang kamu ambilpun haruslah relevan dengan bidang tersebut.
Berbagi cerita sedikit ya, saya, dari SMA ingin jadi dosen. Maka singkat cerita, saya breakdown strategi how to be a lecture, dan hal yang pasti paling menjadi syarat untuk menjadi dosen adalah S2, maka lulus kuliah saya langsung putuskan untuk lanjut studi. Studi di bidang apa? Sesuai yang sy tuliskan sebelumnya, yaitu telusuri potensi yang sesuai background akademik. Saya yakini bahwa potensi saya ada pada bidang pendidikan, maka sy pilih bidang studi pendidikan.
Jadi rumusnya, goal besar > bidang > teknis
Kalo balik lagi ke kisah saya di atas
Goal besarnya -> BERMNAFAAT BAGI UMAT
Bidangnya -> PENDIDIKAN
Teknisnya -> ya.. jadi DOSEN.
Harapannya, semoga dengan saya jadi dosen, tanda tangan saya bisa bermanfaat bagi mahasiswa dengan segudang aktivitas kebaikannya, penelitian saya bisa bermanfaat bagi lingkungan, materi-materi yang mengalir dari lisan saya bisa menjadi ilmu yang bermanfaat bagi audience yang mendengar.Jadi orientasi hidup kita akhirat, tapi tetap dengan dunia yang juga gak ketinggalan. Ma syaa Allaah.. Laa hawla wa laa kuwwata illah billah. 

Sssst. Rahasia nih.
Untuk yang mau lanjut S2 tapi bingung sama biaya. Saya punya rahasia, yang ini ASLI banget dialamin sama saya dan orang-orang di sekitar saya. Apa itu? Komunikasikan niat baik kamu yang mau S2 ke orang tua, lalu minta-ridho-mereka. Minta ridho yang tulus ikhlas dari orang tua. Selebihnya gausah khawatir ga ada biaya, insya Allah kamu S2 dengan ridho orang tua yang sudah kamu kantongi. Selanjutnya, teteplah ikhtiar (jangan juga cuma duduk manis di rumah aja lhoh ya). Ikhtiar cari beasiswa, ikhtiar maksimal gausah ngeluh gausah khawatir. Ikhtiar ini sebagai bentuk ibadah kita kpd Allah. Perkara hasil? Allah yang atur. Kalau orang tua ridho, insya Allah kamu berangkat! S2 dalam negeri bahkan luar negeri. Karena yang berangkatin kita itu Allah, bukan beasiswa, Bukan! karena ia tak lebih hanya sbg perantara saja, bukan PENENTU S2 atau enggaknya kita. Ingat, ridho Allah itu ada pada ridho orang tua. Rumusnya, YAKIN! Insya Allah, Allah yang berangkatin lewat manapun caranya.


SETIAP ORANG PUNYA MASANYA MASING-MASING. PUNYA ZONA WAKTUNYA MASING-MASING.
Menuju akhir tulisan, saya perlu ingatkan bahwa kita semua itu punya zona waktu masing-masing. Sekalipun kembar identik, sangat mungkin sekali fase keberhasilannya tidak berbarengan. Apalagi dia yang kita iri-in, sedarah aja enggak, apa lagi se daging (apasih). Pastilah takdir hidup masing-masing kita berbeda. Jadi, jangan pernah jadikan keberhasilan orang menjadi tolak ukur keberhasilan kita. Salah besar jika kamu berpikir demikian. Setiap pahlawan punya masanya masing-masing, dan setiap masa ada pahlawannya masing-masing. Gak usah gundah gulana sama keberhasilan orang lain, tapi gundah gulana resah gelisahlah kalau kita ga memulai untuk menjemput keberhasilan kita sendiri
(Dan, tambahan nih, mau lanjut KERJA, S2, atau bahkan berWIRAUSAHA, pilihlah sesuai dgn passion kamu. KEBERHASILAN akan mudah diraih kalo kita jalanin apa yang kita cintai. ❤)

Mau jadi apapun kamu, kita, pastikan berangkat dari niat “Beribadah kepada Allah. Bergerak bermanfaat karena Allah”. Karena, rugi banget kalau capek-capek kita bekerja, pusing-pusing kita belajar, tapi itu ga dinilai ibadah di sisi Allah. Padahal, belajar dan bekerja itu masuk dalam kategori amal kebaikan yang kalau kita “gugur” di jalan itu, maka syahid statusnya. Ma syaa Allah.

Last but not least, saya tutup dengan sebuah hadits pamungkas yang semoga selalu menjadi tazkiroh bagi kita semua.
“Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, sehingga ditanyakan tentang 4 perkara:
Pertama, tentang umurnya dihabiskan untuk apa.
Kedua, tentang ilmunya diamalkan atau tidak.
Ketiga, Tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan.
Keempat, tentang tubuhnya, capek / lelahnya untuk apa.”

(HR Imam At-Tirmidzi dalam Sunan-nya dan Tirmidzi rahimahullahmengatakan hadits ini hasan shahih. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ad-Darimi rahimahullah di dalam Sunan-nya, dan lainnya. Ada juga diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam kitabnya, Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah.)

EPILOG
Selamat mendalami diri sendiri untuk menentukan pilihan hidup yang ada di depan mata. Terakhir, jika sudah galau banget, maka istikhorohlah, minta petunjuk Allah. Pamungkas banget dah langkah itu.
Apapun pilihanya, pastikan itu bisa mengantarkan kita ke JannahNya ya. Aamiin.

Well, Thats all. Mohon maaf lahir dan batin jika ada kata dalam tulisan di atas yang kurang berkenan, dan terimakasih karena sudah mau membaca tulisan panjang yang mungkin faedahnya hanya sedikit.
Segala nasihat di atas ditujukan untuk saya yang juga masih butuh dinasihati dan dimotivasi.

Sekian,
Salam semagat-bergerak-bermanfaat dari BuNad, si Dosen (muda) UNJ yang baru memulai merintis karir. Mohon doanya ya. 😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger