Sabtu, 29 Oktober 2016

Basah Tanah.

Basah tanah,
Pekat langit,
Ribuan air jatuh, saling berebut lebih dulu
Sesaat, tersirat ada pesan langit untuk matahari.
“Rehat lah kau sejenak, duduk menepi dibalik jubahku. Ada saat, terikmu simpan dulu. Biar mereka rindu.” Pintanya, sederhana saja.
Tak perlu langit merayu, matahari angguk tanpa ragu.
Benar saja, sang surya terlihat lelah tak ada daya.
Di pangkuan awan, mataharipun bersandar.
Namun, Di tengah pekarangan, gadis cilikpun sedih, gusar. Tengadah kepala, tak temukan sang Surya.
Air matanya mengalir, bercampur hujan.
“Kembali kau matahariku. Tak akan ku caci lagi terikmu,” rengeknya. Sesalnya.

..
Basah tanah,
Pekat langit,
Dimana kau, matahari?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger