Rabu, 30 Januari 2013

Yuk Bersyukur :)


 
Senin, 24 Desember 2012, adalah perjalanan liburan kami setelah kurang lebih 16 tahun tidak ke tanah ini, tanah Sulawesi, tepatnya di desa Latteko. Yap, si anak kota ini berlibur ke desa sodara-sodara. Baik, sebagai awalan, coba sempatkan waktu untuk mencari nama desa tersebut di atlas, atau mungkin di google map.. ketemu ? tidak? Baiklah. Mari sini duduk yang manis, biarkan matamu menari mengikut arah tulisan ini. Tapi, harap diketahui, tujuan tulisan ini bukan berfokus pada keindahan alam di sana (karena alamnya indah banget sumpeehh), tapi, banyak ‘tamparan-tamparan’ kecil yang saya dapatkan di sana, maka, izinkan saya membagi ‘tamparan’ tersebut. Oke kawan J
FYI, untuk mencapai desa ini, kita harus menempuh waktu 5-6 jam, dengan perjalanan yang mendaki-gunung-lewati-lembah (well, ini berlebihan. Abaikan~) tapi memang, jalanan yang berkelok-kelok dengan guncangan-guncangan dahsyat sesekali, sangat mengganggu perjalanan sampai-sampai mampu membuat saya lupa ingatan, mendadak tak mengenali si supir yang mengendarai (emang sebelumnya kenal na ? engga ~  Oke.-,-). Di dukung dengan kondisi sinyal Ind*sat yang seperti malu-malu untuk menampakan diri, maka, situasi ini sudah cukup menggambarkan bahwa desa yang saya datangi adalah desa yang jauuuuh dari jamahan kota. Lengkap sudah.
Bersyukur, sesampainya di sana kami menginap di salah satu rumah saudara yang bisa dikatakan mampu dibanding ‘tanah-tanah’ sekitarnya. Sambutan hangat sang tuan rumah, sambutan ramah penduduk alam  yang hijau mampu mengembalikan ingatan saya dengan si supir pengendara tadi (well, lain waktu, kita kenalan sama si supir oke ^^). Desa itu masih sangat kental akan nilai budaya dan adat istiadat. Salah satu yang benar-benar menyadarkan saya berada di Sulawesi adalah rumah panggungnya. Unik. Hampir seluruh penduduk di desa tersebut menempati rumah panggung. Agak ngeri’ ketika suatu hari kami bersilaturrahim ke rumah-rumah saudara di sana, naik ke rumah-rumah yang terbuat dari kayu, yang sesekali terdengar suara reyotan kayu, berasa mau rubuh. Nah, tamparan pertama yang saya dapat adalah ketika melihat kondisi salah satu rumah di sana yang terpojok di kebun-kebun pohon mangga. Rumahnya jauh dari kata sederhana, ruang tamunya ? itu tempat tidurnya. Aroma tanah basah dan kebun-kebun hijau yang lembab, sangat menusuk. Sungguh prihatin melihatnya. Merasa tertampar karena saya dengan kondisi yang sangat-bebas-bergerak di rumah masih sering sesekali terbersit keluhan “ah, coba punya ini.. ah, coba punya itu..” malu. Sungguh malu. Astagfirulloh.. kufur hambaMu Ya Allah..
Bahkan, beliau yang kami datangi tersebut, dengan segala yang serba cukup (malah mungkin kurang) masih bisa hidup dengan senyum berderai.. tawa membuncah.. tak ada sebersit dalam fikirannya untuk kufur. Sungguh, tamparan Allah sangat menyesakkan dada. Astagfirulloh..

Tamparan itu tak sekali dua kali mengahampiri, kawan. Di hari lain, kami juga mendatangi salah satu penduduk disana. Semakin sesak terasa di dada ketika kami menaiki rumahnya. Kami dijamu dengan sangat ramah. Ah, ini salah satu yang saya suka dari silaturrahim, persaudaraan begitu terasa kental. Disela-sela mereka yang sedang berbincang, maka saya sempatkan untuk berkeliling rumahnya, dan Nyess.. dada ini kembali sesak mendapati kondisi dapur dan kamar mandi yang.. astagfirulloh, ampuni saya yang sering kufur akan kenikmatan rumah yang layak. Semoga Allah meringankan beban mereka. Mungkin kalian, yang notabene anak kota, akan ikut terenyuh ketika melihat kondisi ekonomi di desa ini. Terlintas dalam pikiran saya bagaimana kita sering merengek’ ingin punya ini itu. Sering juga kita mengeluh karena tak punya ini itu. 
Tapi, lihat mereka, senyum mereka sungguh memancarkan rasa syukur tiada tara. Tak ada keluahan akan keadaan. Tak ada tangis akan kekurangan. Semangat gigih-berusaha yang dimilik setiap penduduk disini yang menjadikan kekayaan alami desa ini. Bagaimana dengan kita ? Jangan-jangan, karena kita di kota, karena semua serba ada, maka, si ‘gigih’ mulai enggan menghampiri. Astagfirulloh..
Salah satu yang sangat berkesan (dan tak lupa tetap ada ‘tamparan’) adalah ketika di hari terakhir saya, kakak, nenek, dan tante berkesempatan untuk menginap disalah satu rumah panggung milik saudara disana. Penggambaran kondisnya gampang, pada punya TV kan? (Ituloh kotak yang kalo dialiri listrik muncul gambar orang-orang nyuci baju sambil teriak yeye-lalala-yeyeyeye-lalalala. Got it ? Good ~). Nah, pernah nonton ‘Andai Aku Menjadi’nya Trans TV? Seperti itulah kondisi rumahnya. Rumah panggung (belakangan diketahui rumah tersebut sudah berdiri lebih dari 20 tahun. Ih wow) yang terbuat dari pure kayu keseluruhan, dan dengan pencahayaan yang minim (well, Alhamdulillah, desa ini sudah dialiri listrik,walau tak jarang lampu padam tanpa melihat situasi kondisi). Benar-benar terasa ke-se-der-ha-na-an-nya. Jauh dari hiruk pikuk kota. Jauh dari kemewahan yang serba ada. Semua terbatas. Bandingkan dengan kita, yang jika lampu padam (hanya untuk beberapa jam), maka sumpah-serapah-keluh-kesah-tiada-tara terus mengalir dari lisan yang kita punya. Tapi mereka, lampu bisa menyala sepanjang hari saja itu rasa syukur yang luar biasa. Astagfirulloh.. Astagfirulloh.. Astagfirulloh.. Semoga Allah ampuni segala bentuk kufur kita..
oiya, Kondisi airnya-pun, sepertinya sulit untuk dibilang itu air bersih. ‘Tamparan-tamparan keras’ terus terasa. Sudah berapa banyak air yang kita buang tanpa pikir panjang ? sudah berapa sering ‘Alhamdulillah’ terucap ketika air mengalir deras, jerni, dan bersih. Masyaallah..
Malam itupun, kami terlelap di rumah tersebut, dengan ditemani gogongan anjing, nyanyian tokek, dan paduan suara jangkrik.

Well, masih banyak lagi ‘tamparan-tamparan’ yang saya dapat disana. Biarkan itu menjadi pengalaman berharga saya. 7 hari merupakan waktu yang sangat cukup bagi saya merasakan hidup sebagai anak desa. Lebih dari itu, mungkin saya akan mencari-cari kamera untuk melambaikan tangan (lebay~).

Terimakasih Tuhan, kau  beri kesempatan kepada saya untuk bisa merasakan hidup dengan kondisi yang berbeda.
Mungkin kalian berfikir saya salah jika membanding-bandingkan kehidupan kita di kota dengan mereka di desa. Ya, memang tak sebanding, dan mungkin tak akan pernah sebanding. Atau mungkin terlalu jauh perbandingannya, toh di kota sendiri masih banyak yang kehidupannya jauh dari layak. 
Tapi sekali lagi, yang ingin disampaikan disini adalah membangkitkan kembali “rasa syukur” yang harus mulai menjadi jati diri. “Rasa Syukur” akan apa yang didapat, apa yang diraih dijadikan sebagai karakter diri. Bahwa sekali kita kufur, ingat selalu beribu-ribu anak langit disana menderita karena sulit hidup teratur. Bahwa sekali mengeluh, ada banyak saudara-saudara kita yang harus berpeluh untuk memenuhi kebutuhan hidup secara utuh.
Inilah realita kawan. Mari terus bersyukur, agar Berkah Allah bertabur, dan kita senantiasa dijauhkan dari rasa Kufur.

Semoga 'tamparan' yang saya bagi ini bisa memperbaiki hati nurani setiap insan yang baca tulisan panjang ini. Sungguh, tak ada niat untuk menggurui, toh diri inipun masih terus harus berbenah diri.
Maaf atas segala keterbatasan tulisan. Semoga 'oleh-oleh' ini dapat bermanfaat :D

Terimakasih yaa sudah mau duduk manis dan menyimak dengan baik :)


Regard,
NaFF~


Senin, 28 Januari 2013


berkicau dipenghujung Galau :D 
Well, tetap bersyukur dgn apa yg didapat, apa yg diraih.. #sip
Tetep bangga jg, krn mampu meningkatkan kemampuan sendiri.. i mean, disaat yg lain 'krasak krusuk' kerjasama, sy bisa krn kemampuan sendiri. #sip
Disadari, ada penurunan.. tapi tetep bersyukur krn masih dlm haluan.. next, harus ada perubahan ! #sip
Sadar, kl kmrn ada kesalahan pd prosesnya, jd ga heran kalo outputnya krg memuaskan.. next, harus lebih lebih memperhatikan proses ! #sip

#sip --> RT @disneywords Why worry? If you’ve done the very best you can, worrying won’t make it any better. –Walt Disney

Sempet denger nada kecewa.. well, sy jg kecewa. But trust me mom, dad, i've tried my best. Masih sekitar Target kok, Tetep bagus kok itu :') #sip
"Kmrn sibuk organisasi sih.." apalagi nanti? Tandanya emang manajemen waktunya nih yg di mainkan. Demi sukses akademik sukses organisasi #sip
Tetep khusnudzon, bukan amanah yg turut campur menggoyahkan, hanya diri ini yg belum pandai mengatur jadwal #sip
Jika pnya angan, maka hrs ada tndakan. u/ mencapai kesuksesan, bukankah berhasil dan gagal adalah proses yg bersisian? Nikmatilah kawan~ #sip
Ini masih awal.. Belum sbuah pmbuktian. Ini msh proses yg hasilnya tdk instan. #sip


@nadya_ff

sejatinya, Kami #rindu..



Duhai.. sedang apakah engkau? #rindu rasanya ~
Duhai.. ingin ku kabarkan, serdadu itu #rindu dirimu ~
Duhai, tak hanya serdadu itu, tp negeri ini pun #rindu akan hadirmu, tegasmu, gagahmu..
duhai.. dimanakah dirimu? Sampai kapan #rindu kami tak berarah? Apalah daya, semua mengharapkanmu ~
Duhai, jgn2 kau lelah, meladeni kami yang tak tentu arah, sampai2 utk sapaan saja enggan bermuara. #rindu
Duhai, sejatinya kami butuh sosok utk di tengok.. sosok, yg mampu membenahi kami yg seperti egois sendiri. #rindu
Duhai, suapan uang semakin merajalela, kepentingan kelompok menjadi alasan yg diprioritaskan.. mungkinkah kau biarkan ? #rindu
Duhai, sampai kapan kau biarkan, negeri ini disuapi para pencari keteneran, kepuasan, uang, yang bisa menggemukan 'badan' ? #rindu
Duhai, smpai kpn kau trdiam, melihat si fulan terlilit hutang demi mencari sesuap nasi, tapi disana yang korupsi kian kokoh berdiri.. #rindu

Duhai, aku rindu.. #rindu engkau, duhai Pemuda, yg mw ttap trjga membenahi kebobrokan yg ada. bkn malah tutup mata seakan tak terjadi apa2..

@nadya_ff

Rabu, 23 Januari 2013

Karena kita, adalah Pemuda!


Bangunan besar nan luas terhampar mega di depan
Kuat, kokoh, dan tak mudah goyah
layaknya dongeng, penuh cerita klasik disini, di tanah ini.
Dari yang buat tawa, hingga pilu kecewa tiada tara
Maka, di lembaran ini, ku mulai kisah istimewa
Penuh suka, tapi tetap tangis pilu ada disekitarnya
Di sini, Kampus hijau tercinta, semua tawa berbungkus duka, dan lara bercampur canda

Mari sejenak berfikir kawan..
Berbekal doa dan harapan ayah bunda, kita bersama menuai ilmu.. disini
Di tempat.. yang harusnya kecoapun tak ada
‘Raihlah  ilmu, agar kau jadi pembesar’, katanya
‘Hah, gusar mendengar kata pembesar, mak’
‘Mereka yang berdasi kian menjadi belut penghantar maut’ kataku
Kian sulit terjamahi, oleh kita yang menggaji
Para birokrasi seakan menari
Melihat kami tertindih
Dengan biaya yang menjulang tinggi
Adakah mereka peduli ?
Ya, semoga.

Mari sejenak berfikir, kawan..
Untuk apa kita disini ?
Datang, lalu pulang. Itu sajakah ?
Tidak. Sekali-kali tidak.
Sadarlah wahai..
Kita pemuda, bisa merubah semua !
Hitam kelam menjadi cerah nan mewah
Sedih merintih menjadi tawa membuncah
Ya, kitalah yang merubah
Tabiat kekotoran hentikan sampai disini.
Tak ada celah untuk mengeluh, wahai kawan..
Bung Karno, rela mengabadikan mu dalam sebaris kalimatnya
“Beri aku 10 pemuda, maka akan aku ubah dunia..”
Tak terpanggilkah engkau,  kita, wahai pemuda ?
Jangan mudah terbuai oleh retorika mereka, kawan..
Yang terlihat seperti manipulasi birokrasi
Mari jadi diri sendiri, di kandang sendiri
Karena si Hijau, milik kita seutuhnya.

Maka, Wahai kalian yang rindu kemenangan
Ingatlah, Tak sebatas di tanah ini kita mengabdi
Karena, Ini bukan akhir, melainkan awal dari perjuangan.
Perjuangan merubah peradaban
Menuju kemenangan nan gemilang

Maka, wahai mahasiswa, wahai pemuda, ketahuilah
Sejatinya, kita di sini tak hanya menjadi akademisi
Yang merasa nyaman dengan buku catatan
Yang merasa kiamat jika tugas merapat
Tapi, kita juga seorang agen perubah
Yang akan selalu gerah melihat kebobrokan
Maka, di sini, di bangunan nan megah ini, mari berani memulai perubahan, menuju kemanangan gemilang..
Karena kita, adalah Pemuda!
 -nadya-

(semacam) kultwit #gigih

Malam ini ingin berbagi sedikit, ttg #kegigihan yg berujung senyuman..
Sadarkah, bhwa #kegigihan trkadang menuntut utk disapa, knp? Krna mungkin kita sering berfokus pd kata menyerah shg brgerak tanpa arah..
"Ya.. sy mah hdp sprti air mengalir sj.." -- well, dmn #kegigihan itu brsembunyi, shg mw sprti air,yg dlm hal ini slalu mncari t4 'trendah'?
Sekali mengeluh, maka kt membuka beribu peluang penyebab kita bisa 'jatuh'.. mari lawan itu dengan semangat #gigih tiada henti.
jatuh, seakan dunia skjap rntuh. nmun,ad makna manis dibalik itu: bkn sbrp dlm kt jtuh,tp sbrp kuat kt bangkit, wlo mgkin itu sakit. #gigih
#kegigihan lawan dr pelemahan, kawan. Knp? Krn #gigih menutup kesempatan siapapun bermalas diri.
Masih tentang #gigih.. bahwasannya setiap kita punya tujuan, impian, harapan. ya pasti. Tp, hnya sdkt yg smpai, knp? Ah, mdh sekali jwbnya~
Man jadda wa jada --> ini salah satu rumus #kegigihan yg ampuh. Trust me, it works !
msh mw ngeluh dgn keadaan fisik yang utuh? msh mw marah krn tak ssmpurna dia? hey, apakbr si fulan, yg mgkin utk makan sj tak ada bayangan ~
maka, mari terus introspeksi, adakah #gigih merasuk dalam tindak kita, atau malah #mengeluh mjd kebiasaan menyenangkan. kenali diri !
bkn diri ini sdh ahli, melainkan hanya ingin brbagi. #gigih dalam menyebar kebaikan, menyenangkan toh ? ~
ingat, jatuh-itu-biasa.. tapi bangkit-dari-jatuh itu luarr biasaa.. that's show how brave we are :) #gigihsemoga diri ini selalu #gigih dalam beraksih !!
semoga diri ini selalu #gigih dalam beraksih !!
@nadya_ff 

#ukhuwah

#Ukhuwah itu..
Diawali dgn jabatan manis sebuah perkenalan || Bersama mencari kesamaan, hingga merasa tiada perbedaan.
Terasa bahagia ketika bersama, dan selalu ingin berjumpa ketika berpisah
Tak jarang ada selisih paham -yg trkdang brujung hilangnya sapa- || Tp, bknkah itu bmbu pmanis #ukhuwah? Krn toh akhirnya saling merindu jua
maka, bersyukur sekali mereka, yg lebih dulu mengenal makna #ukhuwah.. saling bermesra, berjabat, dalam dekapan #ukhuwah.
Namun sy tdk mnyesal lantaran (terlambat) memaknai #ukhuwah, krn toh, tak ada kata terlambat dalam merajut kasih mesra, atas nama Allah.
#ukhuwah sngguh trasa manis di awal, &insyaallah berujung surga di akhir.Tanya kenapa? Krn #ukhuwah tercipta berlandaskan Allah azza wa jala
Beda sama #pacaran || yg awal-dan-akhirnya tak tentu arah-dan-menambah-dosa.
#ukhuwah itu.. manis dipandang, bangga disandang
#ukhuwah itu.. mendekatkan yang jauh dan merekatkan yang dekat
semoga kita semua bisa saling bermesra, atas nama Allah, dalam dekapan #ukhuwah :')
@nadya_ff #ukhuwah

#ikhlas

Mencoba berkicau  (20 Januari 2013)
Malam ini, ingin coba bahas ttg #ikhlas.. bahwasannya, Sulit utk menyinkronisasikan antara teori dan praktik..
"Ya, insyaallah saya ikhlas", ucapku. Tapi kenyataannya? #ikhlas seperti berat disapa, berat dilaku.
teori #ikhlas memang harus dipelajari sepanjang waktu, seumur hidup.
#ikhlas itu gimana kita bisa legowo nerima apapun hasil upaya. Itu teori simplenya. Lalu praktiknya? Duhai, sulit rasanya..
#ikhlas mengajarkan kita bgmn bisa lapang dan bersyukur dlm menerima yg ada, dan bgmn bisa ridho dlm memberi yg dimiliki. Sudahkah kita?
Ga munafik, diri inipun trkadang pandai berucap, namun sulit berlaku. Astagfirulloh.. smg kita bisa #ikhlas setiap saat.
" #ikhlas dan sabar, itu Islam". selalu terngiang kalimat itu kalo lagi kalap.
Sepertinya, saya butuh guru yg bisa kapanpun membimbing hati ini agar senantiasa #ikhlas bersikap, ga cuma lihai diucap.
#Ikhlas itu ga ada batasnya, sama ky sabar. Hanya saja, kita (mngkin hanya saya) yg selalu berkilah membatasinya, hnya utk mncari pembenaran
Tokoh #ikhlas yg luar biasa dalam hidup saya itu kedua orang tua.. mereka selalu memberi, selalu, apapun itu. Luar biasa mereka.
Suka terharu, kalo denger kalimat "apasih yang ngga buat kamu" ini dr bibir sang ibu. Ga ada keraguan kalo ibu adlh tokoh #Ikhlas yg nyata.
Apalg klo denger "yg pnting km dlu na" dr mulut sang ayah. Trlihat bliau #ikhlas mngutamakan anaknya trlbih dhlu. Duhai, mrka itu luarbiasa.
Tapi, kalo saya introspeksi, sdh berapa banyak #Ikhlas nya mereka yang berbalas ? Nyatanya, diri ini hny sibuk menuntut. Sibuk meminta.
Dan, akanjadi apa, kalo smpe detik ini, belum ada satupun #Ikhlas mereka yg berbalas. Duhai, Air mata ini sungguh bntuk penyesalan yg nyata.
Mari berdoa, semoga #Ikhlas senantiasa menjadi laku utama. Dan terus berdoa, smg #Ikhlas nya org tua senantiasa berbalas syurga, aamiin
Sekian saja. Niat sy #ikhlas berbagi. Diri inipun msh hrs ditempa, agar ikhlas selalu menghiasi. Smg Alloh meridhoi kita semua..

@nadya_ff

Ketika FSI Al-Biruni Menyapaku..


“Di sini ukhuwah bermula..
Dalam lingkaran penuh cinta
Dalam kesepakatan penuh makna
Antara aku dan dia, mereka, kita..

Di sini ukhuwah bermula..
Bukan karena kita serupa,
Bukan pula karena kita saling sama
Justru segala perbadaan yang menyatukan
Insane-insan yang yang utuh jika saling melengkapi permukaan,
Permukaan tauladan iman..

Diapun bertanya,
duhai, dimana itu berada?
Maka, dengan sapaan hangat kubisikan,
Di Fsi Al-Biruni, ukhuwah bermula..”

Pagiku terbangun, untuk memulai kegiatan seperti biasa.
Beginilah dinamika kehidupan seorang mahasiswa. Rumah-kampus-rumah menjadi tempat yang akrab untuk disapa. Hei, tapi tidak untuk diriku. Ada tempat lain yang mampu menyedot perhatian untuk disinggahi. Ku rasa, orang lainpun merasakan daya magnetnya. Apa itu ? simple saja. Musholla FSI Al-Biruni yang terposisikan apik di dekat fotocopyan. Jangan tanyakan ia berapa tingkat sampai-sampai mampu menyedot perhatian. Jangan pula tanyakan berapa AC disana yang terpasang, karena mungkin kau tertawa ketika jawabannya tidak ‘wah’. Bukan hal duniawi itu yang menjadi magnet, melainkan keshalihannya, ukhuwahnya, dakwahnya, keteduhannya, yang semua itu ada di dalamnya yang mutlak menjadi magnet perekat siapapun, diantara kita. Lantas, siapakah mereka yang ada di dalamnya ?
Adalah kabinet Muslim Fighter FSI-Albiruni 2012, yang mampu menghidupkan ruangan kecil nan mungil menjadi mewah nan megah.
Hei, apa maksudmu ?
maksudku, jelas,  mewah nan megah lantaran disetiap sisinya, disetiap pojoknya, ada orang-orang yang mungkin tidurnya tidak pernah nyenyak lantaran memikirkan dakwah kampusnya, lantaran memikirkan program-program menyenangkan sebagai amanahnya , lantaran memikirkan bagaimana dakwah bisa menyapa dengan ukhuwwah sebagai landasannya.  Karenanya, mereka sibuk menyusun program kerja, kegiatan-kegiatan, yang semua itu sarat akan nafas islam, nafas dakwah, nafas ukhuwwah. Mereka selalu optimal dalam melakukan itu semua. Walalu tak jarang masalah sering menyapa. Mulai dari dana yang tak kunjung ada, tempat yang tak tersedia, kewajiban akan sibuknya akademik yang menyita, semua setia menyapa, silih bergantinya waktu yang ada.
Tapi ya, cerdasnya mereka dalam bergerak menjadikan setiap masalah yang ada sebagai bumbu perjuangan. Karena setiap partikel bersenyawa ini yakin, bahwa setiap ada masalah maka disitu ada solusi yang setia menemani. Begitulah, jiwa yang memiliki totalitas tinggi, meski sering kerepotan dalam mengurus FSI Al-Biruni, meski tak jarang tidur larut, dan meski  siklus ini terus berulang selama setahun terakhir, tapi tetap saja senyum ikhlas setia mengukir, wajah para punggawa, para fighter biruni.  Tetap saja, ada canda dan tawa yang ringan yang selalu menghiasi hari-hari. Tetap saja, ada kehidupan yang bermakna, di hijab FSI Al-Biruni.
Partikel-partikel bersenyawa itulah yang memewahkan mushollah kecil dengan sederhana. Lantas, siapa yang menggerakan dan mengomandoi  partikel tersebut ? Jelas, Allah Azza Wa jala yang Maha Penggerak, tapi Ia memiliki perantara ataupun Ia telah memilih orang-orang yang berkapasitas luas, berintegritas  tinggi, bertanggung jawab dalam mengatur dan mengomandoi setiap gerak para fighter biruni. Dialah, pemimpin kabinet kami yang setiap geraknya, setiap lakunya, itu ditotalkan untuk FSI Al-Biruni tercinta. Dialah pemimpin keputrian kabinet kami, yang penuh kelembutan dalam bertutur kata, namun kuat dan berkarakter dalam bersikap. Merekelah, 2 orang yang ada dibelakang kami, yang setia istirahatnya diganggu, demi untuk melayani, para punggawa kabinet biruni.
Tapi tetap saja, sang kusir tiada daya membawa delman jika tak ada kuda yang menariknya, ataupun, bulan akan terlihat sepi tanpa ribuan bintang disekelilingnya. Pahamilah, kita semua berpengaruh besar akan kesuksesan FSI Al-Biruni. Kita semua saling melengkapi. Kita semua, tanpa terkecuali.

Setahun sudah diri ini tergabung di jajaran kabinet fighter biruni, terkhusus di Kaderisasi yang banyak mengajarkan pembinaan diri. Setahun sudah diri ini ditempa oleh mereka yang berintegritas tinggi. Setahun sudah diri ini menyaksikan langsung dinamika organisasi berkultur islami. Pahit manisnya, naik turunnya, semua melebur menjadi satu bagian pengalaman, yang pastinya sulit dilupakan. Semua terangkum dalam riwayat kehidupan.
Maka, ketika FSI Al-Biruni menyapaku, menyapamu, menyapa kita semua, pastikan bahwa kita siap menghidupkannya, memberi nafas ukhuwwah pada setiap gerakannya, atas nama cinta karena Allah Azza wa Jala.

pict by sahabat sehati, Nufi Eri Kusumawati.
Powered By Blogger