Rabu, 30 Desember 2015

Syukur #1

30 Desember 2015, Pojok Kamar.
Dengan menyebut nama Allah, Tuhan Penguasa Alam Semesta..
Dengan menyebut nama Allah, Tuhan yang Esa, sungguh tiada dua..
Dengan menyebut nama Allah, Tuhan yang selalu Memberi, sungguh tiada pilih kasih..
Dengan menyebut nama Allah, Tuhan yang Maha Pengasih, lagi, Maha Penyayang.
Menuju akhir tahun Masehi, maka, Untaian syukur tiada tara pantaslah hanya bermuara pada-Nya.
Banyak pencapaian yang Allah kasih, yang Allah anugrahi.
Betapa sungguh sadar diri ini, bahwa belum mampunya sang diri membalas segala jasa apapun itu yang  sudah diberikan ibu dan bapak tanpa pamrih. Maka, betapa sungguh bahagianya hati, kala bisa menyelesaikan amanah besar yang ibu bapak berikan, di waktu yang tepat. Senyum lebar tanda bangga dan bahagia masih sangat teringat dalam angan, kala itu, ketika diri ini menghampiri mereka, berseragamkan toga.  “S, Pd” pun tersematkan dalam nama, pertanda tertunaikanlah amanah ibu bapak. Sejatinya sadar, bukan titel itu yang (sekadar) ingin diraih, tapi, penuntasan kuliah yang menjadi pemuas hati. Karena, ya, tadi, betapa sadar diri ini belum mampu membalas apa yang telah mereka berikan, maka lewat pencapaian itu semoga bisa menyicil sedikit demi sedikit balas budi untuk ummi-dan-abi.
Tidak sampai disitu.
Diri ini memutuskan untuk melanjuti lelahnya belajar. Strata dua.
Ini cita-cita selanjutnya yang, Allaah Kariim, teramat sangat didukung oleh ibu dan bapak. Bahkan, senyum lebar yang lebih lebar diri ini dapatkan dari mereka ketika diri ini mengamini untuk melanjutkan strata dua di tempat almamater yang sama seperti bapak.
Banyak yang menyangkan.. kenapa harus di tempat yang sama?
Biar orang berkata apa.. Mau dimanapun, Allah tetap hitung itu sebagai jihad ilmu, toh?
Walau tak dipungkiri, komentar satu dua orang terkadang menggubris hati, namun ketika kembali hadir senyum-merekah-tanda-bangga-ibu-bapak, maka terpental-lah komentar tak berguna mereka.
“Ini kesempatan, Na. Mumpung masih didukung...”  Allah Kariim..Tak ada motivasi hebat lain yang mampu menyaingi sebaris kalimat ampuh dari sang Ibu.
Semua orang tumbuh berkembang. Termasuk diri ini.
Memilih adalah tugas mutlak manusia dalam menjalani kehidupannya.
Dan diri ini, dengan Menyebut Nama Allah, dengan mengharap Ridho Allah, dengan berharap berkah Allah selalu mengiringi setiap langkah kaki dalam menapaki ilmu, dan dengan menggenggam Ridho Ibu Bapak, mantap untuk menekuni strata dua. Belajar. Membuka wawasan dan pengetahuan. Lagi.
Maka kemudian, mimpi selanjutnya, 2017, semoga diri ini mampu menghadirkan kembali senyum bertambah-tambah dari ibu bapak, dihari tuntasnya strata dua. Pastinya dengan atas izin Allah, dengan atas ridho Allah.


Semua orang tumbuh dan berkembang. Semua orang   memilih jalan apa yang akan ditempuh kedepan. Dan saya, memilih untuk terus belajar dengan label pebelajar. Jika pilihan-pilihan lain datang seiring waktu berjalan, semoga Allah kondisikan hati dan diri ini untuk pantas menentukan pilihan. 

Teramat banyak rekam cerita penuh nikmat yang Allah anugrahi setahun belakang, tapi, hanya ini yang mampu sedikit tertuliskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger